BEKABAR.ID, KERINCI — Suasana haru dan keprihatinan menyelimuti publik setelah curahan hati seorang orang tua viral di media sosial, menceritakan kekerasan yang menimpa anaknya di lingkungan sekolah dasar. Kasus ini terjadi di SDN 19 Pulau Sangkar, Kabupaten Kerinci, dan menggambarkan potret buram dunia pendidikan yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan belajar dengan bahagia.
Dalam curhatannya, orang tua korban mengungkapkan kekecewaan mendalam atas tindakan kekerasan yang dialami anaknya oleh teman sekelas sendiri. Luka yang dialami sang anak bukan hanya di kulit, tetapi juga di hati.
“Anak yang selama ini saya jaga sepenuh hati pulang dengan luka di tangan, digigit oleh teman sekelas sampai berdarah dan harus ditangani tenaga kesehatan,” tulisnya dengan nada pilu.
Lebih mengejutkan lagi, tindakan serupa dikabarkan bukan kali pertama terjadi. Orang tua korban menyebut pelaku melakukan hal itu berulang kali, namun tidak ada tindak lanjut tegas dari pihak sekolah.
“Menjadi pertanyaan besar bagi saya, apakah sekolah tidak mengetahui kejadian ini? Atau memang dibiarkan begitu saja tanpa penyelesaian?” tulisnya lagi.
Ironisnya, kasus ini semakin menuai perhatian setelah muncul kabar bahwa pelaku merupakan anak dari seorang guru di sekolah tersebut. Alih-alih menunjukkan tanggung jawab dan memberi teladan, keluarga pelaku justru disebut mencoba “menyelesaikan” masalah dengan cara yang tidak pantas membungkam korban dengan uang sebesar lima puluh ribu rupiah.
“Tidak ada itikad baik meminta maaf, tidak ada kesadaran untuk memperbaiki kesalahan. Hanya upaya menutup aib dan menutupi kebenaran,” ungkap orang tua korban dengan nada kecewa.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan serius tentang peran dan tanggung jawab lembaga pendidikan dalam mencegah serta menangani kekerasan di sekolah. Apalagi, pelaku disebut berasal dari lingkungan pendidik yang seharusnya menjadi contoh bagi para siswa. "Kejadian ini bukan yang pertama kalinya, melainkan sudah sering berulangkali terjadi. Namun tak ada kunjung tindakan, dikarenakan pelaku merupakan anak dari salah seorang Guru di SD tersebut," tegasnya.
Masyarakat berharap pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Kerinci segera turun tangan untuk menindaklanjuti peristiwa ini dan memastikan kejadian serupa tidak terulang.
“Sekolah seharusnya tempat anak belajar sopan santun, bukan tempat mereka belajar saling menyakiti,” tutup sang orang tua dengan nada getir.
Peristiwa ini menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan, bahwa nilai kejujuran, empati, dan tanggung jawab tidak cukup diajarkan di kelas tetapi harus dicontohkan di kehidupan nyata, terutama oleh mereka yang mengaku sebagai pendidik.(*)


