MUNAS HKKN dan Tangis Datung-kemenakan

MUNAS HKKN dan Tangis Datung-kemenakan

Oleh:

Mahli Zainuddin Tago

Ballroom Menara Peninsula Jakarta, Sabtu 11 Maret 2023. Hari masih pagi dan suasana bahagia menebar dimana-mana. Musik etnis Kerinci berdentang keras membangkitkan rasa rindu kampung halaman. Kami mengikuti Munas Himpunan Keluarga Kerinci Nasional (HKKN). Aku sedang bersama seorang bapak muda utusan Kalbar ketika seorang ibu utusan Jambi mendekat. Kami bersalaman dan sang ibu mencoba mengenali sang bapak muda utusan Kalbar.

Setelah beberapa waktu sang ibu tetap tidak berhasil mengenalinya. Maka sang bapak muda menyebut nama ayahnya yang adalah kakak sang ibu. Lalu meledaklah tangis haru antara datung (bibi, Kerinci) dan kemenakannya. Mereka berpelukan setelah empat puluh tahun tidak bertemu. Aku dan seorang utusan Jambi lainnya yang menginisiasi pertemuan ini juga terpapar haru. Kami tak kuasa menahan derai air mata. 

Salah satu hal yang membahagiakan dalam setiap acara HKKN adalah terjalinnya silaturahmi. Silaturrahmi membuat hubungan primordial antara orang satu keturunan, lebih luas lagi orang satu etnis, terhubung kembali. Etnis atau suku adalah kesatuan sosial yang berakar dan terikat oleh identitas kebudayaan terutama bahasa yang sama. Kami memang satu etnis.

Sesama orang Kerinci, meski kini bermukim di berbagai negeri. Di samping itu sebagian kami juga diikat oleh kesamaan lainnya. Antara lain sesama alumni sekolah di Kerinci. Atau sesama alumni Jogja. Maka keinginan hadir demi bertemu saudara atau teman selalu tinggi. Bahkan bisa melampaui kepentingan resmi organisasi itu sendiri. Pertemuanku dengan Hazmi sang bapak muda utusan Kalbar dalam acara ini menjadi salah satu contohnya.

Bertemu kembali Hazmi mengingatkan aku pada peristiwa tahun 1988. Tiga puluh lima tahun yang lalu. Saat itu aku mahasiswa tahun ketiga di UMS-Solo. Sebuah rombongan dari Kerinci datang. Mereka mengantar anak yang akan sekolah di Ponpes Assalaam. Sang anak itu adalah Hazmi. Dia di antar Wo Nani Hamid ayahnya, Lurah Desa Lempur. Desa kami Pulau Sangkar memang memiliki hubungan geneologis yang erat dengan Lempur desa asal Hazmi.

Setelah aku pindah ke Jogja kami jarang bertemu. Kini dia menjadi guru SMA 10 Pontianak. Munas HKKN mempertemukan kami kembali setelah puluhan tahun berpisah, Pertemuan di Jakarta ini aku lanjutkan dengan mengunjungi Wo Nani ayahnya di Lempur-Kerinci seminggu kemudian. Tapi aku tidak lagi bertemu Hazmi. Dia sudah terbang pulang ke Pontianak. 

Sebelumnya di acara yang sama aku bertemu tokoh lainnya Wo dokter Nasrul Qadir. Ketika memasuki loby Menara Peninsula pandanganku langsung terpaku pada senior yang sudah berumur 82 tahun ini. Nama, foto, dan suara beliau sudah lama aku kenal. Beliau beberapa kali meneleponku. Terutama jika ada kejadian tertentu di Kerinci.

Apalagi menyangkut Muhammadiyah. Beliau juga pembaca tulisan-tulisanku di media sosial, terutama tentang Kerinci. Beliau memberi apresiasi dan kadang menambah data dari sisi pelaku sejarah. Dulu beliau salah satu anggota PDM Kerinci. Wo Nasrul juga pernah terjun ke dunia politik, menjadi tokoh PAN, dan ketua DPRD Kerinci. Belakangan beliau menetap di Jambi. Ketika bertemu atau menelepon beliau memanggil aku "Li" saja. Sebuah suku kata yang membuat aku merasa seakan adik kandungnya. 

Kebahagiaan lainnya dalam Munas kali ini adalah bertemu sesama alumni Jogja. Alumni paling senior yang hadir adalah wo Fahmi Rizal, alumni Akprin, dan hadir sebagai MPP HKKN Pusat. Kemudian Wo Delyuzar Harmaini alumni UII dan hadir sebagai Penguruas Pusat meski juga pengurus HKKN Jogja-Jateng (JJ) . Selanjutnya Wo Edy Hasmi alumni UII yang menjadi Hakim Tinggi di Lampung. Lalu Edy Damhuri saudaraku satu dusun, juga alumni UII dan kini pejabat di Dinas PUPR Jambi.

Lalu Wo Urpan Dani orang kaya Kerinci di Jakarta dan Wo Ediar Usman pejabat di Kementeraian ESDM. Keduanya alumni UPN. Kemudian Jafrizal alumni UGM utusan Sumsel. Sedangkan Akmaluddin dosen UGM bersamaku menjadi perwakilan HKKN JJ. Tentu saja yang paling muda adalah Hazmi alumni MAN-2 Jogja yang datang dari Pontianak dan menjadi intro tulisan ini. 

 Munas HKKN kali ini juga dihadiri Walikota dan Ketua DPRD Sungai Penuh. Walikota Sungai Penuh Ahmadi Zubir aku kenal ketika beliau menjadi ketua STKIP Muhammadiyah di Sungai Penuh. Belakangan beliau terjun ke dunia politik dan menjadi walkot periode 2021-2024. Beliau rajin menyapa warga Kerinci perantauan. Dalam Munas sebelumnya dan Syawalan HKKN Jakarta beliau juga hadir.

Munas kali ini menjadi forum beliau melaporkan perkembangan Kota Sungai Penuh pada tokoh masyarakat Kerinci rantau yang hadir. Sedangkan Ketua DPRD Sungai Penuh Wo Fajran adalah orang yang rendah hati. Ketika ke Jogja mengantar anaknya yang kuliah di UMY beliau sengaja mencariku untuk silaturrahmi. Sayangnya senior lainnya sahabat lamaku, Wo Adirozal Bupati Kerinci, berhalangan hadir. 

Hal menarik lainnya adalah sambutan Ketua Dewan Pakar HKKN Prof Firwan Tan. Kepada pengurus HKKN periode kedua Guru Besar Universitas Andalas ini meminta mereka langsung beraksi. Perencanaan sudah ada pada periode pertama. Beliau juga menyampaikan analisa tajam dan masukan untuk Kerinci-Sungai Penuh. Orang Kerinci memiliki nama besar dan sangat diperhitungkan di Propinsi Jambi.

Dalam setiap Pilbup, Pilkot, maupun Pilgub mereka selalu dilibatkan. Mereka menjadi tim ahli yang menyiapkan konsep-konsep yang dibawa calon kepala daerah. Para pejabat juga banyak memakai para Profesor dari Kerinci sebagai pendamping. Dengan nada getir Prof Tan melanjutkan, “Zulkifli Nurdin akan jadi gubernur, saya dipanggil dari Padang. Diminta menjadi kepala tim strategi pemenangan. Orang butuh kita. Tetapi di Kerinci kita tidak dimanfaatkan.” 

 Tentu saja puncak acara adalah sambutan sekaligus laporan Ketua HKKN periode 2018-2023. Irjen Pol (P) Syafril Nursal sebagai ketua terlebih dahulu menyapa para tokoh HKKN yang hadir. Beliau menyebut satu persatu para Penasehat, Dewan Pakar, dan MPO HKKN Pusat. Lalu beliau mengabsen satu persatu pengurus HKKN Wilayah yang hadir. Ketika namaku disebut sebagai HKKN Wilayah JJ, akupun berdiri. Beliau ternyata juga membaca dan mengapresiasi tulisan-tulisanku tentang Kerinci di media sosial. Lalu Sang Jenderal ini menembakkan peluru.

"Pak Mahli dan Septa kita minta menulis sejarah tentang peran orang Kerinci dalam pembangunan di Malaysia." Maka sambil berdiri aku memberi hormat. Sambil melirik mencari Dindo Septa yang sibuk entah dimana. Ini tentu sebuah kehormatan sekaligus tantangan yang tidak ringan bagi kami berdua.  

Sebagai Ketum Jenderal Syafril menegaskan empat fungsi utama HKKN. Fungsi pertama adalah pemersatu orang Kerinci yang merantau di berbagai penjuru. Termasuk di luar negeri. HKKN sebagai organisasi sudah mengantongi hak paten dari Kemenkumham. Sehingga tidak bisa digunakan pihak lain. Fungsi kedua adalah sebagai koordinator dari HKKN Wilayah dan Daerah yang merupakan organisasi orang Kerinci di peratauan.

Hari ini HKKN melakukan fungsi koordinator ini dalam bentuk Munas. Fungsi ketiga adalah fungsi sosial, baik internal maupun eksternal. Fungsi keempat adalah fungsi strategis. Sebagai organisasi HKKN memiliki banyak jaringan di berbagai daerah maupun pusat. Ujar Jenderal Syafril, “Pemda Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci bisa memanfaatkan jaringan ini untuk kepentingan pembangunan di Kerinci dengan sebaik-baiknya.”

Ketika tiba giliran menyampaikan laporan dan tanggapan, aku menyampaikan tiga hal. Pertama, memperkenalkan anggota dari Jogja-Jateng yang hadir. Kedua, menerima laporan Pengurus Besar. Sejalan dengan usulan beberapa pengurus wilayah lainnya aku sekaligus mengusulkan dilanjutkannya kepemimpinan Ketum untuk periode kedua. Ketiga, mengusulkan program beasiswa pendidikan untuk putra-putri Kerinci yang berprestasi. Aku meringkas laporan dan tanggapanku ke dalam tiga pantun.  

Walau minum ayik kawo/lempai dan gudog alangkah lemaknyo walau kamai jauh di Jawo/Kerinci indah idak kami lupo. 

Dari Bedeng Limo ka Kayuaro/singgah makan di Lolo Muaro organisasi HKKN lah jalan luar biaso/ Kepengurusan bulih berlanjut maso kaduo.

Dari Siulak Panjang jalan ke Kebunlimo/Bunga Dahlia indah meronop endidikan generasi penerus sangat utamo/beasiswa HKKN kita jadikan program utamo.

Padang, 21 Maret 2023. Sepuluh hari sudah Munas HKKN berlalu. Menjelang magrib aku memasuki guest house Rangkayo Basa. Keletihan lima hari riset lapangan di kampung halaman membuat aku berniat malam ini rehat saja. Tidak menghubungi saudara maupun pengurus HKKN di Padang. Tetapi aku tetap harus keluar untuk makan malam. Karena bertepatan azan magrib aku mencari masjid terdekat. Sepulangnya aku bincang akrab dengan beberapa jamaah.

Ternyata salah satunya orang Kerinci. Namanya Wo Romli, pensiunan PLN, dan berasal dari Koto Keras-Kerinci. Akupun tak kuasa menolak ajakan singgah di rumahnya. Ternyata ini juga diikuti keramahan Kerinci yaitu makan malam. Kamipun mengota hangat dalam bahasa Kerinci. Rupanya aku tidak boleh menjauh dari hangatnya silaturrahmi. Apalagi dibalut etnisitas sebagai sesama orang Kerinci. Dimanapun berada.

Penerbangan Super Jet Air, BIM to YIA, 21 Maret 2023.