Faktor yang Mempengaruhi Impulse Buying Konsumen Saat Moment Harbolnas

Faktor yang Mempengaruhi Impulse Buying Konsumen Saat Moment Harbolnas

          Hari Belanja Online Nasional ( Harbolnas ) merupakan suatu perayaan yang diciptakan idEA (Asosiasi E-commerce Indonesia) guna mendorong dan mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai kemudahan berbelanja secara online. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, pada tahun 2018 sebanyak 6,5 juta pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang terlibat dalam kegiatan harbolnas. E-commerce sendiri menimbulkan perubahan perilaku pembelian konsumen menjadi impulse buying, yaitu melakukan pembelian yang tidak direncanakan (2016). Metode penarikan sampel purposive sampling yaitu konsumen yang pernah melakukan transaksi saat harbolnas. Metode analisis yang digunakan deskriptif kualitatif dengan alat analisis Cross Tabulation. Temuan dalam penelitian ini yaitu faktor yang paling mempengaruhi impulse buying konsumen online store saat moment harbolnas adalah emosi, yaitu keinginan untuk menunjukan jati diri.

Hari Belanja Online Nasional ( Harbolnas ) merupakan suatu perayaan yang Diciptakan idEA (Asosiasi E-commerce Indonesia) guna mendorong dan mengedukasi Masyarakat Indonesia mengenai kemudahan berbelanja secara online kapan saja dan di Mana saja selama 24 jam. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, pada tahun 2018 Sebanyak 6,5 juta pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang terlibat dalam Kegiatan harbolnas. Menurut data McKinsey, sepanjang tahun 2017 pertumbuhan ecommerce di Indonesia mencapai US$ 8 miliar dolar (Tempo.co, 2018). Pada harbolnas Tahun 2017, Insight Nielsen Indonesia mencatat total transaksi yang terjadi sebesar 4,7 Triliun rupiah, angka ini meningkat sebesar 1,4 triliun rupiah dibandingkan transaksi pada Tahun 2016 (Detikinet, 2017). E-commerce sendiri menimbulkan perubahan perilaku Pembelian konsumen menjadi impulse buying, yaitu melakukan pembelian yang tidak Direncanakan (Natasya, 2016). Menurut Strens (1962) impulse buying adalah suatu Pembelian yang dilakukan konsumen tanpa direncanakan sebelumnya.Menurut Noorlaily, 2015, bagi pelanggan online, melakukan transaksi dengan Penjual/start up secara online akan mempertimbangkan ketidakpastian dan resiko jika Dibandingkan dengan transaksi jual beli secara tradisional. Pembeli diberikan kesempatan Yang sedikit untuk mengetahui kualitas barang dan melakukan pengujian terhadap produk Yang diinginkan melalui media Web yang disediakan oleh penjual. Ketika pelanggan Melakukan pembelian dari website penjual yang tidak dikenal, pelanggan tidak dapat Mengetahui kualitas barang dan jasa yang di tawarkan apakah masuk akal dan dapat Diandalkan atau tidak. Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melihat “Faktor yang mempengaruhi Impulse buying konsumen yang berbelanja pada moment hari belanja nasional (harbolnas)”. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan khusus yang ingin Dicapai dalam penelitian ini adalah :

1.      Menganalisis Faktor yang mempengaruhi impulse buying konsumen yang berbelanja Pada moment harbolnas.

2.      Menganalisis faktor yang dominan mempengaruhi impulse buying pada moment Harbolnas.

    Perkembangan bisnis secara online yang mampu menggeser bisnis konvensional Menjadi ketertarikan utama peneliti, di tambah dengan diluncurkannya program hari Belanja online (HARBOLNAS) oleh idEA yang tujuannya tidak lain untuk lebih Meningkatkan minat konsumen berbelanja secara online. Beberapa penelitian menunjukan Bahwa berbelanja secara online ditambah dengan promo besar-besaran menimbulkan Impulse buying kepada konsumen.

       Impulse buying merupakan pembelian yang tidak direncanakan dan pembelian Terencana dari seorang konsumen, dimana keputusan pembelian konsumen tidak dengan Melakukan evaluasi produk ((Vohs & Faber 2003; Parboteeah 2005). Beberapa faktor Yang mempengaruhi konsumen melakukan impulse buying antara lain promosi, Lingkungan toko, windows display, tampilan barang dagangan, tingkat pendapatan dan Kartu kredit (Vishnu., et al, 2013). Dan hasil yang diperoleh adalah tingkat pendapatan dan Tampilan barang dagangan memberikan faktor yang paling besar terhadap impulse buying. Menurut Akram, et.al, 2018, impulse buying dipengaruhi oleh Scarcity, serendipity Information, social shopping, adventure shopping, value shopping, relaxation shopping Dan idea shooping, dimana faktor yang paling dominan mempengaruhi impulse buying Adalah serendipity dengan RR Sebesar 0,490 atau 49%.

    Emosi konsumen berpengaruh positif terhadap impulse buying (Shahnaz, 2014). Ketersediaan uang memberikan pengaruh positif terhadap impulse buying (Jung Hyo, 2014). Kartu kredit juga menambah keinginan konsumen untuk melakukan impulse buying(Alireza, 2011). Emosi dan hasrat dalam diri konsumen meningkatkan keinginan untuk Melakukan impulse buying (Grace, 2008; Alireza, 2011 dan Shahnaz, 2014). Menurut Damayanti, 2015, perilaku impulse buying konsumen pada online dan in-store dapat Dilihat dari environment, promotion, payment, product, dan availability.

Belanja Impulsif dikelompokkan ke dalam empat tipe (Stern, 1962 dalam Soeseno Bong, 2011). Pertama, Pure Impulse Buying, yaitu perilaku belanja im- pulsif murni yang Tidak membuat perencanaan sebelum keputusan pembelian diambil, dan ini diasumsikan Sebagai perilaku belanja menyimpang dari perilaku belanja normatif. Kedua, Reminder Impulse Buying, adalah perilaku belanja yang dipacu oleh faktor pengingat seperti Misalnya calon konsumen teringat bahwa cadangan di rumah sudah menipis pada waktu Kebetulan konsumen melihat tawaran produk-produk tersebut di toko. Ketiga, Suggestion Impulse Buying, adalah perilaku belanja terpacu oleh adanya program promosi di ddala Toko atau konsumen menemukan visualisasi promosi menarik di toko walau pun belum Terlalu mengenal produk yang dipromosikan tersebut, namun terpen- garuh membeli Karena usulan program promosi tersebut. Keempat, Planned Impulse Buying, adalah Perilaku belanja bahwa keputusan pembelian berdasarkan perencanaan walaupun aksi Pembelian itu sendiri tidak sesuai dengan rencana, sebab konsumen di pacu oleh Kampanye promosi atau penawaran khusus, sebagai contoh program potongan harga, fitur Produk baru dari produk sejenis atau produk-produk substitusi.Menurut penelitian Engel (1995), pembelian berdasar impulse mungkin memiliki Satu atau lebih karakteristik ini :

1.      Spontanitas. Pembelian ini tidak diharapkan dan ?memotivasi konsumen untuk Membeli sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung di Tempat penjualan.

2.      Kekuatan, kompulsi, dan intensitas. Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan Semua yang lain dan bertindak dengan seketika.

3.      Kegairahan dan stimulasi. Desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan Emosi yang dicirikan sebagai “menggairahkan”, “menggetarkan,” atau “ liar.”

4.      Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit Ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.

      Penelitian terdahulu yang telah dilakukan lebih kepada belanja online secara umum, Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk melihat lebih khusus bagaimana Konsumen berperilaku terutama perilaku impulse buying di saat moment Hari Belanja Online (Harbolnas) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi impulse buying yang Dikemukakan oleh Damayanti, 2015 yaitu Environment, Promosi, Tingkat Pendapatan, Metode Pembayaran, Ketersediaan Produk, Emosi dan Serrendipity.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif verifikatif, dari penelitian ini Juga diharapkan memperoleh gambaran mengenai variable impulse buying konsumen saat Moment HARBOLNAS (Hari Belanja Online). Instrument atau alat yang digunakan dalam Menghimpun kuisioner yaitu data dalam bentuk kuisioner berupa pernyataan. Untuk Menentukan nilai atau skor kuisioner dengan menggunakan skala likert, yaitu untuk Mengubah data-data kualitatif yang diperoleh menjadi data kuantitatif. Skala likert Merupakan metode yang digunakan untuk mengukur sikap (Sugiono ; 2008).

      Ukuran yang digunakan untuk menilai jawaban-jawaban yang diberikan terdapat Empat (4) tingkatan yaitu 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, 2 untuk jawaban tidak Setuju, 3 untuk jawaban setuju 4 untuk jawaban sangat setuju. Kemudian hasil tabulasinya Di olah dengan rata-rata dan cross tabulation. Cross tabulation digunakan untuk Menampilkan tabulasi silang ) yang menunjukan suatu distribusi bersama terhadap dua Variable atau lebih, yang dalam penelitian ini untuk melihat kecenderungan dari identitas responden (Jenis kelamin, usia, pendapatan, pendidikan dan pekerjaan) terhadap variablevariabel yang mempengaruhi impulse buying. Alat bantunya dengan SPSS 19.Adapun rentang skor dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Sudjana (1990) yang Didasarkan pada penggunaan skala Likert, yaitu sebagai berikut :

1,00 – 1,99 : termasuk kategori negatif (sangat tidak setuju/sangat tidak berpengaruh)

2,00 – 2,99 : kategori negatif (tidak setuju/tidak berpengaruh)

3,00 – 3,99 : kategori positif (setuju/berpengaruh)

4,00 – 4,99 : kategori positif (sangat setuju/sangat berpengaruh)

 

Penulis : Immawan Andes Kurniawan

Kader Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Jambi