Kisah Haru Suip, Nelayan Disabilitas Asal Tanjab Barat yang Viral, Hingga Disambangi Kapolres

Kisah Haru Suip, Nelayan Disabilitas Asal Tanjab Barat yang Viral, Hingga Disambangi Kapolres

BEKABAR.ID, TANJABBARAT – Langit mendung, hujan deras mengguyur lautan. Di tengah gulungan ombak kecil, seorang lelaki tua dengan tangan yang tak sempurna mendayung perahu kecilnya dengan penuh perjuangan.

Napasnya tersengal, tubuhnya menggigil, namun tekadnya tak goyah. Video yang merekam momen mengharukan ini viral di media sosial, mengundang simpati warganet yang tak kuasa menahan haru melihat perjuangan seorang nelayan penyandang disabilitas yang diketahui bernama Suip.

Dalam video yang diunggah oleh akun TikTok @richirivai1, tampak Suip perlahan mendayung perahunya mendekati sebuah kapal. Dengan suara lirih, ia meminta bantuan, bukan karena ingin mengemis, tetapi karena perutnya kosong. "Ada sedikit makanan, Nak?" tanyanya dengan suara yang hampir tenggelam oleh suara hujan dan ombak.

Tak berpikir lama, awak kapal yang merekam kejadian tersebut segera mengulurkan tangan. Sejumlah uang dan beberapa bungkus mi instan mereka berikan kepadanya. Tangan Suip gemetar saat menerimanya, matanya berkaca-kaca, lalu air mata pun tumpah bersama hujan. "Terima kasih, Nak… Semoga Allah membalas kebaikan kalian," ucapnya dengan suara bergetar.

Video tersebut menyebar luas, menyentuh hati banyak orang, hingga akhirnya sampai ke telinga Kapolres Tanjung Jabung Barat, AKBP Agung Basuki, S.IK, MM. Tanpa menunda waktu, ia memutuskan untuk turun langsung menemui Suip di kediamannya di Desa Teluk Kempas, Kecamatan Tebing Tinggi, Minggu, 23 Maret 2025.

Saat tiba di rumah sederhana yang berdinding kayu itu, Kapolres disambut dengan senyum hangat namun penuh kelelahan dari Suip dan keluarganya. Dalam perbincangan yang penuh keakraban, Suip bercerita bahwa dirinya bukanlah seorang peminta-minta. Ia telah terbiasa bekerja keras, menjadi buruh panen sawit, buruh tebas ladang, bahkan buruh di pelabuhan PT Lontar. Melaut hanyalah pelariannya, tempat di mana ia bisa mencari ketenangan dan sekaligus berusaha memenuhi kebutuhan hidup.

“Keseharian beliau adalah bekerja sebagai buruh, dan melaut hanya sampingan karena beliau memang hobi mencari ikan di sungai," ungkap AKBP Agung dengan mata yang ikut berkaca-kaca.

Kapolres pun tak bisa menyembunyikan rasa harunya melihat keteguhan Suip. "Beliau adalah contoh nyata bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk menyerah. Kami sangat terharu dan bangga atas perjuangannya," tambahnya.

Sebagai bentuk kepedulian, Kapolres Tanjab Barat memberikan bantuan berupa life jacket, sembako, serta sejumlah uang tunai. Ia berharap, meski tak banyak, bantuan ini dapat sedikit meringankan beban hidup Suip dan keluarganya.

"Kami ingin memastikan bahwa Suip tidak merasa sendirian. Kepedulian ini bukan sekadar bantuan, tapi bukti bahwa kami semua ada untuk saling membantu," ujar AKBP Agung dengan penuh ketulusan.

Tangis haru kembali pecah. Suip menggenggam erat tangan Kapolres, suaranya bergetar saat mengucap syukur. "Terima kasih, Pak… Terima kasih. Saya tak menyangka masih ada yang peduli seperti ini. Saya hanya ingin berjuang, tidak ingin menyusahkan orang lain," ucapnya, matanya tak mampu lagi menahan air mata.

Kunjungan ini menjadi bukti bahwa kebaikan dan kepedulian masih ada di dunia ini. Bahwa di tengah kerasnya hidup, masih ada tangan-tangan yang siap merangkul mereka yang membutuhkan. Kisah Pak Suip bukan hanya tentang seorang nelayan disabilitas, tetapi tentang keteguhan, tentang harapan, dan tentang kemanusiaan yang masih hidup di hati banyak orang.

Editor: Sebri Asdian