BEKABAR.ID, KERINCI - Perjalanan jenazah warga Desa Lubuk Tabun menuju Desa Koto Mudik pada Rabu pagi itu tidak berlangsung mudah. Jalur desa yang rusak dan sempit membuat kendaraan ambulans tidak dapat langsung masuk. Dari titik inilah Brigadir Hendra Perlinggo, Bhabinkamtibmas setempat, mengambil peran memastikan proses pengantaran jenazah berlangsung aman dan tertib.
Hendra memulai pengawalan ketika mobil pickup yang membawa jenazah keluar dari kawasan permukiman. Jalan tanah yang bergelombang memaksa iring-iringan bergerak perlahan. Di sepanjang rute, beberapa warga membantu mengatur lalu lintas kecil yang muncul dari arah berlawanan. Hendra berjalan di depan kendaraan, sesekali memberi arahan agar perjalanan tetap terjaga ritmenya di tengah kondisi jalan yang tidak mendukung.
Setiba di perbatasan desa, mobil pickup itu berhenti sejenak untuk memindahkan jenazah ke ambulans yang telah menunggu. Proses pemindahan berlangsung hening, namun terkoordinasi. Setelah itu, Hendra melanjutkan tugasnya, kali ini mengatur iring-iringan ambulans dan kendaraan keluarga menuju Koto Mudik.
Perjalanan memasuki desa tujuan berlangsung tanpa hambatan. Warga yang melihat rombongan menepi memberi jalan, sementara Hendra memastikan tidak ada gangguan di persimpangan kecil yang dilewati. Sesampainya di rumah duka, iring-iringan berhenti, dan keluarga menyambut kedatangan jenazah dalam suasana duka namun tertib.
Bagi Hendra, pengawalan ini bukan sekadar tugas administratif. Dalam situasi di mana warga menghadapi kehilangan, kehadiran aparat yang sigap dan humanis menjadi bentuk pelayanan nyata. Pengawalan jenazah tersebut berakhir tanpa insiden, menegaskan kembali fungsi Polri di tingkat desa sebagai pendamping masyarakat dalam momen-momen yang paling sensitif.
Sebelumnya, sebuah video yang beredar luas di media sosial memantik keprihatinan publik.
Rekaman tersebut memperlihatkan warga desa terpencil di Renah Pemetik, Kabupaten Kerinci terpaksa menandu jenazah sejauh hampir 10 kilometer akibat kondisi jalan yang rusak parah dan tidak bisa dilalui kendaraan.
Peristiwa itu disebut terjadi saat keluarga dan warga Sungai Tabun Renah Pemetik hendak membawa jenazah ke desa asalnya Semurup, Kecamatan Air Hangat.
Jalan utama wilayah Renah Pemetik tersebut sudah lama dikeluhkan rusak dan berlumpur, terutama setelah diguyur hujan beberapa hari terakhir.
Akibatnya, kendaraan roda empat maupun roda dua tidak dapat melintas.
Dalam video yang beredar, tampak puluhan warga bergantian memikul jenazah menggunakan tandu darurat.
Mereka berjalan melewati jalan yang licin, serta kubangan lumpur. Beberapa warga terdengar mengeluh lelah, namun tetap berusaha menjaga jenazah agar sampai ke desa terdekat yang bisa dilalui untuk dibawa lagi ke Semurup.
Chairul, salah seorang warga setempat menjelaskan, bahwa proses evakuasi terpaksa dilakukan dengan berjalan kaki karena akses jalan tidak memungkinkan dilalui kendaraan.
“Almarhum meninggal dunia tadi malam. Kondisi jalan yang rusak parah dan berlumpur membuat mobil tidak bisa masuk,” ujar Chairul, Rabu (10/12).
Akibat situasi tersebut, warga harus menandu jenazah sejauh kurang lebih 10 kilometer menuju lokasi ambulans yang menunggu di kawasan Sungai Tembang.
Perjalanan itu berlangsung penuh kesulitan karena medan licin, berlumpur, dan beberapa kali membuat para penandu terjatuh.
Chairul menambahkan, kondisi serupa bukan hal baru bagi masyarakat di wilayah perladangan Renah Pemetik dan sekitarnya.
Sudah puluhan tahun warga harus menghadapi akses jalan yang tidak layak, sehingga setiap kali ada warga sakit atau meninggal dunia, proses evakuasi hampir selalu dilakukan dengan ditandu.
Ia berharap Pemerintah Kabupaten Kerinci segera turun tangan untuk memperbaiki akses tersebut.
“Kami sangat berharap pemerintah melihat langsung penderitaan masyarakat di daerah ini. Jalan yang layak akan sangat membantu kami,” ungkapnya.
Editor: Sebri Asdian


