Suara Petani Renah Pemetik Desa Kemantan dan Sekitarnya, HaraPAN Baru untuk Monadi-Murison

Suara Petani Renah Pemetik Desa Kemantan dan Sekitarnya, HaraPAN Baru untuk Monadi-Murison

BEKABAR.ID, KERINCI - Dalam heningnya suasana malam di Desa Kemantan, Kecamatan Air Hangat Timur, Kerinci, pada Senin (16/09/24), para petani Renah Pemetik dari enam desa Kemantan dan sekitarnya berkumpul dengan satu harapan, menyatukan suara, dengan hati yang penuh keyakinan. Suara mereka bukan hanya suara dari tanah, tetapi juga jeritan atas beban bertahun-tahun yang tak kunjung terangkat di Renah Pemetik.

Di tengah pertemuan, hadir dua sosok yang membawa secercah harapan bagi mereka, Monadi, S.Sos., M.Si., dan H. Murison, S.Pd., S.Sos., M.Si. Dua calon pemimpin yang diyakini mampu mengubah nasib para petani yang selama ini merasa diabaikan.

Dalam pertemuan itu, tokoh masyarakat seperti Drs. H. Pariatman, M.Pd., DPT, H. Jamalus Yusuf, S.Ag., S.Pd., DPT, H. Bungkarman, S.Pd., DPT, Mensediar S.Pd., MM, H. Zulpanani, A.Ma., DPT, Drs. H. Safyuddin DPT,Drs. Supriadi Said, Rio, Supriadi MR, Rio, H. Yusmardin, DPT beserta para petani berkumpul dan bersepakat.

Bukan sekadar dukungan politik biasa, tetapi sebuah keputusan yang datang dari hati, dari rasa percaya bahwa pasangan ini mengerti dan peduli akan nasib mereka.

“Ladang di Renah Pemetik telah menjadi saksi bisu keteguhan para petani yang terus bertahan meski harga-harga hasil bumi anjlok, pupuk langka, dan akses pasar yang sulit,” ujar Mensediar, tokoh masyarakat yang hadir malam itu.

Politisi PKB ini mengaku, selama ini menunggu sosok pemimpin yang bukan hanya bisa berbicara soal pertanian, tetapi juga mampu menghadirkan solusi nyata dan itu ada pada sosok Monadi dan Murison. Selama masih di parlemen, Mensediar mengaku selalu menyuarakan persoalan di Renah Pemetik, namun hal tersebut menurutnya kurang di mendapatkan perhatian.

“Selama ini kami seakan berjuang sendirian, seolah-olah suara kami tak pernah sampai ke telinga pemimpin. Semoga pak Monadi dan pak Murison bisa menyelesaikan segala persoalan di Ranah Pemetik nantinya,” ucap dia.

Monadi, dengan wajah penuh keyakinan, berbicara di hadapan para petani. Suaranya tenang namun tegas. Ia tidak menjanjikan bulan dan bintang, tetapi berjanji akan mendengarkan dan bekerja bersama para petani, tangan demi tangan, bahu-membahu. “Para petani adalah fondasi dalam pertanian. Bersama, kita akan bangun Kerinci yang kuat, dengan pertanian yang lebih sejahtera,” kata Monadi, disambut tepuk tangan haru dari para petani.

H. Murison, menuturkan sangat tahu bagaimana berbagaimacam kendala sebagai petani. Dia menyebutkan kesejahteraan petani adalah prioritas Monadi – Murison kedepan. “Saya sampai saat ini masih bertani, dan sangat tau tentang apa saja persoalan pertanian di Kerinci. Kedepan, sama-sama kita pastikan bagaimana para petani tersenyum dengan hasil panen yang melimpah, akses jalan memadai dan mendapatkan pupuk serta bibit yang baik,” katanya.

Para petani tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah, tetapi dengan dukungan kepada Monadi dan Murison, mereka percaya bahwa harapan itu nyata.

Petani bersatu untuk memberikan dukungan penuh. Mereka tidak ingin masa depan anak-anak mereka menjadi seperti mereka—terus berjuang tanpa arah. Dengan kepercayaan penuh, mereka meletakkan harapan di pundak Monadi dan Murison, meminta agar kali ini, suara mereka benar-benar didengar.

Setelah berbagai sambutan yang penuh kehangatan, ikrar pernyataan sikap pun digemakan. Bungkarman, dengan suara lantang menyebutkan, berkat Rahmat dan Hidayah Dari Allah Yang Maha Kuasa, kami atas nama Tokoh Petani Peladang Renah Pemetik Dalam Enam Desa Kemantan telah bermusyawarah, bersepakat satu pendapat dan menyatakan sikap mendukung sepenuhnya pelaksanaan pemilihan kepala daerah Kabupaten Kerinci tahun 2024 yang damai, jujur dan adil.

“Mendukung dan Memilih bapak Monadi, S.Sos., M.Si., dan Bapak H. Murison, S.Pd.. S.Sos., M.Si., untuk Memenangkan Pilkada Kabupaten Kerinci Tahun 2024 dan Menang Dalam enam Desa Kemantan,” tukasnya yang disambut tepuk tangan dari petani dan masyarakat yang hadir.

Editor: Sebri Asdian