BEKABAR.ID, JAMBI - Adirozal, sebuah nama yang begitu familiar bagi masyarakat Provinsi Jambi. Tak hanya berhasil membuat berbagai trobosan dan prestasi bagi kemajuan Kabupaten Kerinci selama dua periode, lebih dari itu, sebelum era kepemimpinannya di Kerinci, Adirozal terlebih dahulu sudah teruji memajukan daerah orang, tempat dia merantau, menimba ilmu dan mencari rezeki, yakni Kota Padang Pajang.
Dikenal tegas, jujur dan santun, Adirozal memulai karirnya sebagai dosen ASKI/STSI/Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang pada tahun 1986. Pada tahun 2003, ia terpilih di Pilwako Kota Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat mendampingi Suir Syam untuk periode 2003-2008.
Setelah masa bakti menjadi Wakil Walikota Padang Panjang tuntas, aktivis Muhammadiyah Padang Panjang ini memilih pulang ke tanah kelahirannya, yakni Kabupaten Kerinci, Sekepal Tanah dari Surga. Dan disini lah awal mula ia memulai mengabdi, menuangkan tenaga, waktu dan pikiran untuk Kabupaten Kerinci sebagai Bupati Kerinci bersama dengan almarhum Zainal Abidin pada periode 2014 - 2019.
Buah dari kepemimpinan yang mumpuni dan mampu bersinergi dengan pemerintah provinsi juga pusat, serta selalu berkoordinasi antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD), banyak program pembangunan di Kabupaten Kerinci yang direalisasikan. Sudah banyak juga hasil yang dicapai, bahkan keberhasilan-keberhasilan tersebut telah diakui baik di skala Regional maupun Nasional.
Satu periode dengan puluhan prestasi yang diikuti dengan penghargaan, membuat masyarakat Kerinci “mabuk kepayang” dengan kepemimpinan Adirozal.
Melalui usahanya yang tak kenal lelah dan dedikasinya yang tak tergoyahkan kepada masyarakat, dirinya berhasil menarik perhatian dan mengobarkan semangat para pemilih kala itu. Pengalamannya pada periode pertama, menunjukkan pemahaman mendalam mengenai permasalahan yang melanda daerah Kerinci, serta keinginan tulus untuk Kerinci lebih baik. Masyarakat mendukungnya, bukan hanya sebagai politisi namun juga sebagai mercusuar perubahan.
Akhirnya, dia diminta oleh masyarakat untuk maju di Pilkada Kerinci tahun 2018. Berpasangan dengan Ami Taher, Adirozal kembali terpilih menjadi Bupati Kerinci untuk periode 2019 - 2024.
Kendati memimpin dengan wakil yang berbeda pada periode sebelumnya, Adirozal tetap lah Adirozal. Kecerdasan baik sebagai seorang guru bagi mahasiswa maupun sebagai akademisi rupanya masih terpatri untuk dia berdedikasi. Lewat program unggulan, terobosan demi terobosan pembangunan yang berkemajuan dari berbagai sisi untuk Kabupaten Kerinci sudah tak dapat dibilang dengan jari. Komitmen, integritas, dan dedikasinya yang tak tergoyahkan telah mengilhami banyak orang memilihnya sebagai Bupati Kerinci untuk periode ke dua.
Tercatat, selama memimpin Kerinci, Adirozal berhasil memajukan budaya dari berbagai daerah dan suku yang ada di Kerinci, hal itu tentulah tak lain hanya sebagai modal untuk memajukan sektor pariwisata di Kerinci.
Memajukan pertanian serta meningkatkan pendapatan petani dengan mensertifikasi hasil pertanian Kerinci, juga salah satu dari sekian banyak buah dari trobosan yang berhasil dibukukannya. Tak main-main, hasil pertanian Kerinci seperti kopi, kayu manis dan lain-lain berhasil diekspor langsung ke Eropa dan Amerika.
Selain itu, untuk memudahkan masyarakat Kerinci, Kota Sungai Penuh dan sekitarnya mengurus pasport, tahun 2016 lalu, dengan gagasan Adirozal, kantor cabang imigrasi di Kerinci berhasil didirikan.
Tak lupa, manajemen pemerintahan yang sangat baik membuat Kabupaten Kerinci mendapatkan 8 kali WTP dan nilai SAKIP setiap tahunnya meningkat.
Namun siapa sangka, dibalik kisah moncer Adirozal, terdapat jiwa petarung yang tak kenal lelah berjuang demi merubah nasib dan mengangkat harkat keluarga. Asam garam kehidupan telah banyak sekali ia cicipi.
Adirozal lahir dan besar di tengah-tengah keluarga sederhana. Meskipun kehidupan mereka tidak selalu mudah, Adirozal tumbuh sebagai anak yang cerdas dan gigih. Ia belajar bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu masa depan yang lebih baik, dan itulah yang menjadi pendorongnya untuk mengejar pendidikan tinggi.
Sejak muda, Adirozal telah aktif dalam kegiatan sosial di komunitasnya. Ia terlibat dalam berbagai kegiatan amal dan program-program kemanusiaan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Semangat kepeduliannya terhadap sesama menjadi ciri khasnya, dan hal ini membuatnya dikenal sebagai sosok yang agamais, peduli dan bertanggung jawab.
Sebelum memutuskan terjun ke dunia politik, Adirozal telah bekerja keras dan berhasil meraih kesuksesan sebagai seorang pendidik. Keberhasilannya tersebut tidak membuatnya melupakan asal-usul dan tanggung jawabnya terhadap masyarakat. Sebaliknya, Adirozal melihat kesuksesannya sebagai peluang untuk memberikan dampak positif yang lebih besar bagi banyak orang.
Mengutip tulisan salah seorang akademisi Kabupaten Kerinci asal Pulau Sangkar yang berkiprah di Yogyakarta, Mahli Zainuddin Tago, disebutkan jika Adirozal merupakan anak yang keras hati. Sejak tamat SD dia mulai berjuang melawan keterbatasan ekonomi keluarga. Ketika SMP pun dia terus melanjutkan membantu orangtuanya dengan ikut bekerja.
Karena belum memiliki ketrampilan, Adirozal saat itu hanya bisa menjadi pekerjaan kasar. Dia menjadi kuli angkut pasir di Sungai Batang Merao. Sungai yang membelah dusunnya, Siulak. Si anak SMP ini menaikkan pasir ke bak Jeep, mobil yang digunakan para penjual pasir masa itu. Pekerjaan fisik ini nampaknya ikut membentuk fisiknya menjadi tangguh.
Dia tidak mudah masuk angin dalam perjuangan menaklukkan tantangan pada fase-fase berikut kehidupannya. Setamat SMP Adirozal melanjutkan pendidikannya ke STM di Sungai Penuh. Karena disekitaran STM ini tidak ada sungai yang menghasilkan pasir, maka Adirozal mencari pekerjaan lain. Dia memperoleh penghasilan tambahan dengan menjadi penjual karcis bioskop.
Pada 1981 Adirozal tamat dari STM Sungai Penuh. Dia lalu keluar Kerinci untuk kuliah di IKIP Negeri Padang. Kampus ini kini bernama Universitas Negeri Padang (UNP). Di kampus itu Adirozal kuliah di Jurusan Seni Rupa. Selama kuliah di samping menimba ilmu seni, dirinya juga mengasah kemampuan dalam seni menghadapi realitas hidup dalam serba keterbatasan biaya. Maka disamping kuliah, dia bekerja serabutan, seperti menjadi stokar atau kenek bis kota.
Dirinya sengaja menjadi stokar bis kota yang melayani penumpang ke arah selatan, jurusan Padang-Teluk Bayur. Jurusan ini melalui satu titik terkanal yaitu Gadut lokasi Rumah Sakit Jiwa Padang. Ngah, sebutan Adirozal sebagai anak kedua, sengaja menghindari jurusan utara. Jurusan utara akan membawa dia melalui kampusnya, IKIP Padang. Ujar si Ngah, “Kalau penumpang adalah teman sesama mahasiswa tentu tidak enak hati bagi stokar untuk menarik ongkos.”
Dalam masa perjuangan yang berat di Padang ini Ngah juga pernah menjadi kuli bangunan. Ini dia jalani di sela-sela perkuliahan di kampusnya di kawasan Air Tawar. Dalam hal ini Ngah sering bergabung dalam kerja lembur ketika pemborong mengerjakan pengecoran lantai. Taktik lembur ini penting karena sebagai mahasiswa, upah Ngah di bawah upah rata-rata kuli bangunan pada umumnya. Dengan ikut kerja lembur pada hari libur Ngah bisa mendapatkan upah dua kali lipat.
Hari libur juga berarti tidak menganggu aktivitas perkuliahan. Maka ada begitu banyak rumah atau bangunan di Padang dimana Ngah terlibat dalam proses pembangunannya. Cerita Ngah lebih lanjut, “kini setiap ke kota Padang ada banyak bangunan yang seakan menyapaku. Dulu aku terlibat sebagai kuli dalam pembangunannya.”
Meski kuliah sambil mencari biaya, Ngah tetap aktif di dunia kemahasiswaan. Ngah memang sudah terbiasa aktif sejak di kampung halaman. Dia anggota Pramuka di SD dan menjadi Seksi Kesenian OSIS ketika di SMP. Ketika di STM Ngah menjadi pengurus Seksi Agama dan Sosial OSIS.
Maka ketika kuliah menjadi aktivis bukan sesuatu yang baru baginya. Ngah masuk dalam Komisi A (Kegiatan Ilmiah) BPM FPBS dan menjadi Anggota HMI Komisariat IKIP Padang. Ngah juga aktif sebagai pengurus organisasi kedaerahan. Antara lain dia menjadi Pengurus IPMGK Padang dan IMK Sumbar.
Di samping itu, Ngah juga pernah menjadi aktivis masjid dan menjadi garim ataupun marbot Masjid. Dia juga pernah menjadi Pengurus Seksi Duha Studi Islam Masjid Al Azhar Padang.
Singkat cerita, Ngah berhasil menaklukkan besarnya tantangan dalam menuntut ilmu. Dia berhasil menjadi sarjana dan diterima menjadi dosen PNS di STSI Sumatera Barat di Padang Panjang.
Adirozal adalah salah satu contoh anak muda Kerinci yang berhasil meraih kesuksesan dengan perjuangan yang tidak ringan. Belakangan ia berhasil meraih gelar Magister dari Universitas Udayana dan gelar Doktor dari UNP almamaternya. Sejak 1986 sampai 2014 Ngah menekuni karirnya sebagai dosen di ASKI/STSI/ISI di Padang Panjang. Mulai sebagai dosen biasa sampai menjadi Direktur Pasca Sarjana.
Saat jadi dosen, berbagai jabatan pernah diemban, seperti ketua pelaksana KKN/ KUKERTA (1987-1989), Kepala BP2M (1990-1992), Sekretaris dan Pimpro P2T (1992-1993), Pembantu Rektor III (1994-1998), Direktur Pascasarjana (2010-2013). Yang tak kalah bergengsi adalah mengikuti pendidikan Lemhannas PPRA 48 selama 9,5 bulan pada tahun 2012 lalu.
Indahnya lagi, di luar perkiraannya aliran nasib membawanya terjun ke dunia politik. Adirozal sempat menjadi Wakil Walikota Padang Panjang (2003–2008). Belakangan dia pulang ke Kerinci, kampung halamannya dan menjadi Bupati untuk dua periode.
Selain Adirozal, tentu ada banyak anak Kerinci yang sukses menaklukkan tantangan di perantauan. Mereka anak-anak muda yang keras hati. Mereka rela meninggalkan zona nyaman demi menuntut ilmu.
Tulisan ini lebih pada melihat sisi lain. Sisi seorang Adirozal sebagai anak muda Kerinci yang keras hati. Yang sejak remaja berani bertarung demi bisa terus sekolah. Pelajaran moralnya adalah demi menuntut ilmu jangan takut merantau dan menaklukkan berbagai rintangan disana.
Setelah bekerja keras dan ikhlas, berhasil atau tidak serahkan pada takdir. Dimulai dengan menjadi kuli angkut pasir Batang Merao diakhiri menjadi Bupati Kerinci dua periode. Sungguh sebuah pencapaian yang dahsyat, demikian kutipan tulisan tersebut.
Saat ini, Adirozal kembali diminta masyarakat untuk mengabdi, tidak hanya untuk Kerinci, lebih dari itu, untuk seluruh masyarakat Provinsi Jambi. Melalui Partai Amanat Nasional (PAN), dirinya maju sebagai Caleg DPR RI Dapil Jambi dengan nomor urut 2.
Kehadirannya meninggalkan bekas yang tak terhapuskan di hati masyarakat, semakin menguatkan keyakinan bahwa Adirozal adalah sosok yang tepat untuk mewakili kepentingan warga Jambi di Senayan.
Warisannya, prestasi dan kemajuan tidak hanya diukur berdasarkan pencapaiannya, namun juga dalam kehidupan yang ia sentuh dan perubahan yang ia rencanakan. Dari awal perjalanannya, Adirozal telah menunjukkan sikap dan tindakan yang diperhitungkan. Latar belakang pendidikan dan pengalaman solid yang ia miliki, membuatnya mampu menjalin kedekatan dengan berbagai lapisan masyarakat serta memahami persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.
Meskipun telah menduduki posisi penting dan memiliki segudang prestasi, Adirozal dikenal tetap rendah hati. Selain itu, Adirozal juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Dia terlibat langsung dalam upaya nyata untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dari pembangunan infrastruktur hingga program kesejahteraan sosial, ia berupaya menjawab berbagai kebutuhan masyarakat dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat.
Pendekatan yang proaktif dan kepeduliannya terhadap isu-isu yang relevan membuatnya semakin dekat dengan hati masyarakat. Adirozal secara aktif membawa pesan-pesan positif, membangun kesadaran akan pentingnya partisipasi politik, dan mendorong warga untuk turut serta dalam proses pembangunan.
Adirozal tidak hanya dianggap sebagai seorang calon legislatif, tetapi juga sebagai pemimpin dan pembela kepentingan rakyat. Melalui rekam jejaknya yang menginspirasi, Adirozal telah membuktikan bahwa politik dapat menjadi alat untuk menciptakan perubahan positif yang nyata dalam kehidupan masyarakat. Tekadnya saat ini sudah bulat, membawa kemajuan daerah, menuju Jambi terdePAN. (seb)