BEKABAR.ID, TANJABBARAT - Pasca debat publik calon Bupati dan Wakil Bupati Tanjab Barat pada Jumat malam, 15 November 2024, pernyataan Paslon nomor urut 03, Hairan-Amin, menjadi sorotan tajam warga Kampung Nelayan, Kecamatan Tungkal Ilir. Dalam sesi tanya jawab, Paslon 03 menyebut bahwa warga Kampung Nelayan hanya makan dua kali sehari saat musim Utara.
Pernyataan tersebut langsung memantik
reaksi dari warga yang merasa pernyataan itu tidak hanya melenceng dari topik,
tetapi juga tidak sesuai kenyataan. Salah seorang warga Kampung Nelayan
menyatakan bahwa pernyataan tersebut sangat tidak akurat dan justru
mempermalukan mereka di ruang publik.
"Kalau musim Utara, warga
Kampung Nelayan hanya makan dua kali sehari," ujar Hairan dalam debat,
yang disiarkan langsung di televisi. Pernyataan itu selain menjadi perbincangan,
juga menimbulkan kekecewaan mendalam. (*)
Salah seorang warga Kampung Nelayan
menyampaikan protes mengatakan bahwa kehidupan mereka jauh dari gambaran
tersebut. "Kami ini makan hingga empat kali sehari, belum lagi kalau ada
jajan tambahan. Kalau tidak percaya, silakan datang ke kampung kami dan lihat
sendiri," ungkapnya dengan nada kesal.
Warga juga menilai bahwa pernyataan
tersebut menunjukkan ketidaksiapan Paslon 03 dalam memahami kondisi di
lapangan. "Pertanyaannya soal mengatasi kemiskinan, kok jawabannya malah
soal makan? Ini kan debat yang disaksikan banyak orang. Jangan asal bicara
kalau datanya tidak valid," ujar seorang tokoh masyarakat Kampung
Nelayan.
Lebih lanjut, mereka menegaskan bahwa
musim Utara bukanlah masalah besar bagi mereka, karena ada sistem pendukung
seperti penampung hasil laut yang selalu siap membantu. "Tidak ada cerita
makan cuma dua kali sehari. Harusnya dipelajari dulu sebelum bicara, apalagi
ini disaksikan seluruh masyarakat," tambahnya.
Kekecewaan warga semakin mendalam
karena Hairan adalah wakil bupati petahana. "Kalau memang dia wakil
bupati, mestinya tahu kondisi kami. Bukan malah mempermalukan di depan
publik," ujar salah satu warga dengan nada kecewa.
Debat yang seharusnya menjadi ajang
adu gagasan dan penyampaian visi-misi justru meninggalkan rasa kecewa bagi
sebagian warga. "Kami berharap jawaban solusi konkret, bukan cerita fiksi.
Kalau mau bicara soal kemiskinan, ya kasih tahu programnya, bukan asal
bicara," kata seorang pemuda Kampung Nelayan.
Debat ini, yang disiarkan langsung
ini, sejatinya menjadi barometer bagi pemilih untuk menentukan pilihan pada 27
November mendatang. Namun, jika yang tersisa adalah pernyataan yang tidak sesuai
fakta, warga Kampung Nelayan berharap para kandidat lebih berhati-hati dan
mendalami permasalahan sebelum melontarkan pernyataan di ruang publik.
"Kalau belum paham betul soal
kami, lebih baik tanya dulu, bukan bicara sembarangan. Kami makan cukup, kok,
Pak. Tenang saja, perut kami baik-baik saja. Tinggal program yang harus
diperbaiki," pungkas seorang warga dengan nada menyindir.
Editor: Sebri Asdian