Pilkada Ditengah Pandemi Covid-19

Pilkada Ditengah Pandemi Covid-19

Oleh :

Saldi Pranata

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Jambi & Wakil 1 Bidang Kerja Sama dan Humas Lentera Muda Kerinci

Dalam pemilihan kepala daerah tentunya memiliki banyak sekali dinamika politik yang terjadi, konsep demokrasi yang berjalan membuat banyak masyarakat awam salah menafsirkan demokrasi sesungguhnya.

Dalam tulisan ini, penulis mulai dengan memberikan pemahaman tentang konsep demokrasi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa demokrasi merupakan bentuk pemerintahan dimana formulasi kebijakan secara langsung atau tidak langsung ditentukan oleh suara terbanyak dari masyarakat yang memiliki hak memilih dan dipilih melalui wadah pembentukan suaranya dalam keadaan bebas tanpa adanya paksaan. 

Definisi umum ini setidaknya berjalan dengan apa yang diutarakan oleh Joseph Schumpeter dalam buku klasiknya Capitalism, Socialism and Democracy yang mengatakan bahwa demokrasi adalah kehendak rakyat dan untuk kebaikan bersama (the Will of the people and the coomon good). 

Sangat jelas tentunya, konsep demokrasi yang sesungguhnya dianggap sebagai sistem pemerintahan yang paling manusiawi untuk saat ini, demokrasi mengakui adanya kepentingan rakyat yang layak untuk di perjuangkan.

Pesta demokrasi dalam rangka Pemilihan Kepala Daerah tahun 2020 sangat berbeda dengan pelaksanaan Pilkada di tahun sebelumnya. Berdasarkan pernyataan resmi dari badan kesehatan dunia atau WHO mendeklarasikan Virus Corona (Covid-19) sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. Hal ini tentunya membuat pesta demokrasi tahun 2020 sangat berbeda, namun Komisi Pemilihan Umum (KPU) memastikan proses pengelolaan logistik Pilkada serentak tahun 2020 ini mulai dari produksi hingga distribusian sudah sesuai protokol kesehatan. 

Keputusan Pilkada serentak tahun 2020 ini merujuk ada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 tahun 2020.

Presiden Joko Widodo pada tanggal 27 November 2020 menetapkan hari Rabu tanggal 9 Desember 2020 sebagai hari libur nasional dalam rangka pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota secara serentak. 

Tahun 2020 ini ada 270 daerah yang ikut dalam Pilkada serentak, terdiri dari 9 Provinsi, 224 Kabupaten, dan 37 Kota.

Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah yang ikut dalam pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2020. Yang menjadi pertanyaan adalah sudah siapkah Jambi menyambut Pemimpin di tengah pandemi Covid-19 ?

Saat ini ada tiga pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang ikut dalam kontestasi politik di Jambi, diantaranya, Cek Endra – Ratu Munawaroh mendapat dukungan PDI-P dan Golkar dengan jumlah 16 kursi di DPRD, kemudian Fachrori Umar - Syafril Nursal (Fachrori-Syafril) diusung Gerindra, Demokrat, PPP, dan Hanura dengan jumlah 19 kursi di DPRD, dan yang terakhir Al Haris-Abdullah Sani (Haris-Sani) diusung koalisi PKS, PKB, PAN, dan Berkarya dengan dengan jumlah 17 kursi di DPRD Provinsi Jambi. 

Tiga Kontestan yang ikut merupakan putra putri terbaik Jambi tentunya.

Pilkada 2020 merupakan prosesi alih kekuasaan yang paling di tunggu oleh sejumlah orang yang memiliki kepentingan di dalamnya. Diantara tiga pasangan calon yang maju satu diantaranya merupakan sang petahana, yaitu Fachrori Umar, tentunya hal ini menjadi menarik, karena berdasarkan pengamatan penulis seorang petahana sulit untuk dikalahkan, namun tidak menutup kemungkinan karena hal ini bukan tentang siapa dan sekuat apa, melainkan rakyat mempercayakan kepada siapa untuk menjadi pemimpin Jambi, karena pemimpin akan lahir dari suara masyarakat Jambi, bisa jadi masyarakat Jambi akan menyambut pemimpin baru atau mungkin sang petahana akan kembali melanjutkan amanah masyarakat, hal ini hanya akan terjawab pada Pilkada serentak 9 Desember 2020.

Berbicara mengenai Pilkada tentunya kita tidak terlepas dari perubahan mengenai politik, karena politik merupakan bagian dari hal tersebut. Dalam menjelaskan hal ini penulis merujuk pada buku yang ditulis oleh Prof. Miriam Budiardjo dalam buku dasar Ilmu Politik, Beliau menuliskan bahwa politik adalah usaha untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Di Indonesia sendiri kita teringat pepatah "Gemah Ripah loh jinawi". Orang Yunani kuno terutama Plato dan Aristoteles menamakannya sebagai en dam onia atau the good life.

Banyak yang bertanya kenapa politik begitu penting ? Menurut penulis sejak dahulu kala masyarakat mengatur kehidupan kolektif dengan baik, mengingat masyarakat sering menghadapi terbatasnya sumber alam, atau perlu dicari satu cara distribusi sumber daya agar semua  merasa bahagia dan puas, ini adalah politik. Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana cara mencapai tujuan yang mulia itu ? Usaha itu dapat dicapai dengan berbagai cara yang kadang bertentangan satu sama lainnya. Akan tetapi semua pengamat setuju bahwa untuk mencapai semua itu hanya dapat di capai jika seseorang memiliki kekuasaan. 

Tidak berpanjang lebar membahas mengenai konsep politik, kita kembalikan pada pokok pembahasan mengenai pilkada, sebenarnya Jambi butuh pemimpin yang seperti apa? pertanyaan ini hanya bisa di jawab oleh setiap individu terkhusus setiap masyarakat Jambi. 

Ditengah pandemi saat sekarang ini yang menjadi persoalan penting adalah masalah kesehatan, namun tidak kalah pentingnya adalah persoalan ekonomi yang semakin menurun, karena di situasi sekarang masyarakat harus berjuang di tengah ganasnya Covid-19 dan bencana lainya seperti banjir dan tanah longsor. Maka sudah seharusnya pada Pilkada tahun 2020 ini Calon Kepala Daerah terkhusus Calon Gubernur dan Wakil Gubernur membawa visi dan misi dalam konteks pemulihan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat Jambi.

Selain itu tidak kalah pentingnya dalam menentukan nasib Jambi lima tahun kedepan, perlu kiranya masyarakat untuk mengoptimalkan fungsi serta peranannya sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, mengapa penulis menyebutkan hal demikian, karena dalam teori pembentukan negara, salah satu teori menyebutkan bahwa kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat, rakyat memiliki kebebasan dalam menentukan siapa yang patut memimpin Jambi ditengah kondisi sulit saat sekarang.

Tidak dapat dipungkiri memang Pilkada di tengah wabah memiliki banyak tantangan baik itu dalam proses berjalannya Pilkada ataupun dalam pelaksanaan lainya. 

Namun pada dasarnya penulis yang juga merupakan mahasiswa yang terpelajar menginginkan perubahan untuk Jambi, baik ditangan pemimpin baru ataupun sang petahana sendiri. Penulis sadar pesta demokrasi yang baik akan melahirkan pemimpin yang berkualitas, untuk itu kepada seluruh masyarakat Jambi jangan sampai tidak menggunakan hak pilih pada Pilkada tahun 2020 ini, karena satu suara menentukan pembangunan Jambi kedepan.