BEKABAR.ID, JAKARTA —
Organisasi perusahaan pers Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) meluncurkan
logo ulang tahun ketiga yang dimodifikasi dari tipografi dasar Nulshock. Logo
ini memiliki karakter visual yang mencerminkan peran media siber sebagai
komunikator yang menyebarkan informasi kredibel dan bermanfaat, yang ditopang
disiplin verifikasi, dan di saat bersamaan mencintai kebebasan, memiliki
keinginan bersinergi, dan juga tegas.
Ketua Bidang Kesekretariatan
dan Pendataan JMSI, Ari Rahman, dalam keterangannya mengatakan, karya Muchamad
Rudi Cahyono dari Asia Federasi (afederasi.com) anggota JMSI Jawa Timur, ini
keluar sebagai pemenang “Lomba Logo HUT ke-3 JMSI”.
“Kami menerima karya-karya
yang indah, yang sarat pesan membangun kemerdekaan pers dan ekosistem pers
nasional yang sehat dan profesional. Namun rasanya, karya Saudara Muchamad Rudi
Cahyono adalah yang terbaik tahun ini,” ujar Ari Rahman.
JMSI dideklarasikan pada
tanggal 8 Februari 2020 di arena Hari Pers Nasional (HPN) 2020 di Banjarmasin,
Kalimantan Selatan. Dalam waktu relatif singkat, hampir dua tahun, di bulan
Januari 2022 Rapat Pleno Dewan Pers menetapkan JMSI sebagai konstituen Dewan
Pers.
JMSI yang dipimpin duet
Ketua Umum Teguh Santosa dan Sekretaris Jenderal Eko Pamuji sejauh ini telah
hadir di 34 provinsi di Indonesia, dan sedang bekerja untuk membentuk pengurus daerah di tiga provinsi baru di
Papua.
Sementara Muchamad Rudi
Cahyono mengatakan, dengan karyanya ini dia ingin menegaskan bahwa media siber
dapat berperan menanggulangi persoalan yang muncul di dunia digital yang dipicu
oleh kemudahan akses dan informasi yang melimpah. Peran media siber itu,
sambungnya, adalah menyebarkan informasi yang kredibel dan berkualitas.
“JMSI ini merupakan organisasi
yang bergerak di bidang media jurnalistik siber. Maka dengan komitmen suatu
jaringan ini diharapkan dapat membantu dan saling bersinergi dalam mengatasi
problem-problem pengembangan SDM melek media hingga peningkatkan kualitas media
siber Indonesia. Sehingga publik dapat bertahan dan berkembang menjadi lebih
baik di tengah banjir arus informasi digital ini,” urainya.
Logo yang dihasilkannya
tahun ini memiliki filosofi bahwa setelah tiga tahun berjalan, JMSI mampu
menjadi wadah bagi pengelola media siber untuk berkomunikasi, bertukar pikiran,
dan memajukan bangsa dan negara.
Selain itu logo angka 3
dibuat dari kombinasi simbol ciri khas JMSI yang bergerak di bidang digital dan
seluruh anggota yang saling terkoneksi. Selain itu juga ada ruang-ruang terbuka
menggambarkan kebebasan pers.
Secara umum, logo HUT ke-3
JMSI memiliki tiga bagian utama. Pertama, bagian atas yang datar mengarah ke
kiri menggambarkan kewajiban seorang wartawan menghasilkan pesan yang sangat
berpengaruh untuk disebarkan. Lalu bagian leher yang menggambarkan ketegasan
dan gerak terarah dalam menyebarkan informasi serta selalu optimistis dan
terbuka untuk maju ke depan dalam kebaikan.
Adapun bagian terakhir
merupakan pola melengkung di bagian bawah yang menggambarkan kewajiban ruang
redaksi media siber untuk melakukan disiplin verifikasi dengan ketat sesuai
Pedoman Pemberitaan Media Siber (PPMS) agar informasi yang diberitakan sesuai
fakta, akurat dan kredibel, dan terhindar dari hoax.
Muchamad Rudi Cahyono
menggunakan warna biru sebagai palet warna identitas karyanya.
“Warna Biru dikaitkan dengan
ruang terbuka, kebebasan, intuisi, imajinasi, luas, inspirasi, dan kepekaan.
Biru juga mewakili makna kedalaman, kepercayaan, kesetiaan, ketulusan,
kebijaksanaan dan komitmen. JMSI dalam perjalanan kedepan akan tetap konsisten dan
berkomitmen untuk terus membantu seluruh anggotanya masyarakat Indonesia dengan
semangat antusias yang tinggi,” jelasnya.
Selain warna biru, dia juga
menawarkan palet warna identitas alternatif yakni warna gradien warna meran dan
kuning yang dikaitkan dengan ruang terbuka, keberanian, semangat, pantang
menyerah, kebebasan, imajinasi, memberikan energi dan inspirasi.
“JMSI dalam perjalanan ke
depan akan semakin antusias menjadi ruang terbuka yang menawarkan energi dan
inspirasi dalam memberikan yang terbaik untuk anggotanya dan masyarakat
Indonesia,” demikian Muchamad Rudi Cahyono. [*]