Catatan Ekonomi Q3 2025: Saat Ekonomi Jambi Bangkit, Investasi Melambat

Catatan Ekonomi Q3 2025: Saat Ekonomi Jambi Bangkit, Investasi Melambat

Oleh:

Muhammad Ridwansyah

Kepala Pusat Studi Perencanaan Bisnis dan Investasi, Universitas Jambi/Ketua Harian Tenaga Ahli Gubernur Jambi

Di tengah denyut pembangunan yang mulai menggeliat yang ditujukkan oleh pertumbuhan ekonomi sebesar 4,77% pada quartal III (y-on-y), Provinsi Jambi kini dihadapkan pada tantangan serius: melambatnya laju investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Data terbaru menunjukkan, pada triwulan III tahun 2025, PMTB Jambi mengalami kontraksi signifikan, menandai kelesuan di sektor yang sejatinya menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Padahal, investasi adalah jantung perekonomian—tanpa alirannya, nadi pertumbuhan akan melemah, dan denyut tenaga kerja pun meredup.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kontribusi PMTB terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jambi mencapai 20,38%, menjadikannya komponen utama selain konsumsi rumah tangga dan ekspor. Namun, selama dua kuartal terakhir, indikator investasi menunjukkan tren perlambatan. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi tetap, mengalami kontraksi sebesar -1,61 persen (y-on-y). 

Kontraksi sebesar -1,61 persen pada PMTB menunjukkan adanya ketidakseimbangan pemulihan ekonomi. Beberapa faktor yang menyebabkan pelemahan investasi di Jambi antara lain: (1) Kenaikan biaya modal dan bunga kredit akibat masih adanya kebijakan kehati-hatian (prudent) perbankan; (2) Ketidakpastian global yang menekan minat investor di sektor-sektor ekspor seperti kelapa sawit dan batu bara; (3) Keterlambatan realisasi proyek investasi pemerintah dan swasta, terutama di sektor infrastruktur dan manufaktur ditunjukkan oleh belanja modal turun39,36% y-on-y; dan (4) Kendala perizinan dan tata ruang investasi daerah, yang masih menjadi hambatan klasik di beberapa kabupaten/kota di Jambi.

Penurunan ini patut dicermati karena PMTB merupakan indikator kunci dari kegiatan investasi produktif, mencerminkan aktivitas pembangunan infrastruktur, pembelian mesin, peralatan, serta aset tetap lainnya yang berperan langsung dalam meningkatkan kapasitas produksi dan menciptakan lapangan kerja.

Teori ekonomi klasik—khususnya dari Harrod-Domar—menegaskan bahwa investasi memiliki efek ganda: meningkatkan kapasitas produksi dan menciptakan lapangan kerja baru. Dengan kata lain, setiap rupiah investasi adalah percikan energi bagi pertumbuhan dan penyerapan tenaga kerja. Sejalan dengan ini, teori pertumbuhan Solow-Swan (1956), peningkatan akumulasi modal (capital accumulation) melalui investasi akan mendorong produktivitas tenaga kerja dan memperbesar kapasitas output ekonomi.

Penelitian empiris di berbagai daerah Indonesia juga membuktikan hal ini. Misalnya, studi oleh Tambunan (2020) dan Kuncoro (2018) menunjukkan bahwa peningkatan investasi daerah sebesar 1% mampu mendorong pertumbuhan ekonomi antara 0,4–0,7% dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja hingga 0,3%. Maka, kontraksi PMTB di Jambi tak hanya berarti menurunnya pembangunan fisik, tetapi juga melemahnya peluang kerja bagi ribuan masyarakat usia produktif.

Perlambatan investasi bukanlah akhir dari cerita, melainkan jeda untuk berbenah. Ekonomi Jambi masih memiliki “otot-otot” yang kuat untuk bangkit. Pemerintah daerah kini menggenjot berbagai strategi pemulihan, seperti percepatan proyek infrastruktur daerah, penguatan investasi hijau (green investment), dan penyederhanaan perizinan berbasis digital. Sektor perkebunan dan energi baru terbarukan mulai dilirik sebagai motor pertumbuhan baru yang lebih tahan terhadap gejolak global. Bila langkah ini diiringi dengan dukungan fiskal dan kebijakan yang berpihak pada sektor produktif, maka kontraksi ini bisa berbalik menjadi momentum kebangkitan.

Prospek Kuartal IV dan Pertumbuhan Ekonomi Jambi 2025

Memasuki kuartal IV tahun 2025, Jambi ibarat pelari yang tersandung di tengah lomba—namun tidak menyerah. Dengan koordinasi kebijakan fiskal, dorongan konsumsi masyarakat, dan geliat investasi publik yang meningkat, pemulihan masih sangat mungkin terjadi. Kuncinya adalah percepatan pelaksanaan proyek infastruktur daerah, mengembalikan kepercayaan investor, mengoptimalkan belanja modal daerah, dan memastikan proyek-proyek padat karya berjalan efektif.

Untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2025, perlu dilakukan pemulihan cepat pada sisi investasi. Beberapa strategi kebijakan yang relevan antara lain:

1.Percepatan realisasi belanja modal pemerintah daerah, terutama untuk proyek infrastruktur dasar, jalan produksi, dan energi terbarukan yang mendorong investasi swasta.

2.Peningkatan iklim investasi daerah, melalui penyederhanaan perizinan dan promosi investasi hijau (green investment).

3.Pemanfaatan skema pembiayaan inovatif seperti Public Private Partnership (PPP) dan green bonds untuk mengurangi beban APBD dan menarik modal swasta.

4.Penguatan investasi domestik (PMDN) dari pelaku UMKM dan koperasi melalui insentif fiskal dan kemudahan akses pembiayaan.

Jika langkah-langkah tersebut dijalankan efektif pada kuartal IV, maka kontraksi PMTB di triwulan III masih dapat dipulihkan. Dengan asumsi konsumsi rumah tangga tetap stabil dan ekspor tetap kuat, pertumbuhan ekonomi Jambi tahun 2025 berpotensi mencapai kisaran 4,8–5,2 persen, meskipun sedikit di bawah target semula akibat pelemahan investasi.

Sejarah membuktikan, perekonomian yang tangguh bukanlah yang tak pernah jatuh, melainkan yang selalu bangkit lebih kuat. Jambi sedang menulis babak baru dari perjalanan ekonominya—dari kontraksi menuju kebangkitan, dari kehati-hatian menuju keberanian berinovasi. Jika semua pihak—pemerintah, swasta, dan masyarakat—bergerak dalam harmoni, maka lambatnya investasi hari ini bisa menjadi loncatan besar untuk pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan esok hari. (*)