Uji Kekuatan Fadhil Arief - Bakhtiar yang Melawan Kotak Kosong di Pilkada Batanghari

Uji Kekuatan Fadhil Arief - Bakhtiar yang Melawan Kotak Kosong di Pilkada Batanghari

BEKABAR.ID, BATANGHARI – Dalam skema pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Batanghari tahun 2024, pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, Fadhil Arief dan Bakhtiar, dipastikan akan melawan "kotak kosong". Terjadinya situasi calon tunggal ini menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan masyarakat, terutama terkait peluang kemenangan pasangan Fadhil Arief dan Bakhtiar serta problematika yang melanda perpolitikan di Batanghari.

Adril Elfani, Sekretaris DPW PPP Provinsi Jambi yang merupakan partai pengusung Fadhil Arief dan Bakhtiar, menyampaikan bahwa munculnya "kotak kosong" di Pilkada Batanghari tidak lepas dari dinamika geopolitik daerah tersebut.

"Sebenarnya, terjadinya kotak kosong ini berkaitan erat dengan geopolitik daerah. Kita tidak pernah menginginkan hal ini terjadi, tetapi inilah kenyataan di lapangan," ujar Adril saat dikonfirmasi, Minggu (08/09/24).

Lebih lanjut, Adril menyebutkan bahwa fenomena ini mungkin menjadi sejarah bagi masyarakat Batanghari, di mana pilihan mereka sudah terlihat jelas. Ia berharap masyarakat dapat menggunakan hak pilihnya dengan bijaksana demi keberlanjutan pembangunan daerah.

"Barangkali ini sejarah pertama bagi masyarakat Batanghari. Namun, dengan adanya kotak kosong, ini menunjukkan masyarakat telah memiliki pilihannya. Kami berharap pemilu ini berjalan lancar dan masyarakat tidak menggagalkan proses yang sudah ada," tambah Adril.

Mengenai strategi menghadapi "kotak kosong", Adril mengungkapkan bahwa partai pengusung tidak memiliki strategi khusus. Mereka sepenuhnya menyerahkan kepada masyarakat untuk menentukan pilihan.

"Kami tidak menyiapkan strategi khusus untuk melawan kotak kosong. Semuanya kami serahkan kepada masyarakat. Kami yakin masyarakat Batanghari bisa melihat situasi ini dengan jelas, dan ini adalah kemenangan untuk mereka," ungkapnya.

Pengamat Politik: Kotak Kosong, Cerminan Lemahnya Kaderisasi dan Pragmatisme Partai

Di sisi lain, Pahrudin, seorang analis politik dan kebijakan, melihat bahwa munculnya "kotak kosong" dalam Pilkada Batanghari mencerminkan beberapa persoalan mendasar dalam demokrasi lokal. Menurutnya, salah satu aspek yang melandasi fenomena ini adalah lemahnya kaderisasi di internal partai politik.

"Kotak kosong di Batanghari sebenarnya mencerminkan masalah dalam demokrasi kita. Ini adalah tanda lemahnya kaderisasi partai politik, di mana partai semestinya menyiapkan kader untuk berkompetisi dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan. Ini artinya partai-partai gagal menjalankan tugas utamanya," jelas Pahrudin.

Lebih lanjut, Pahrudin menyoroti pragmatisme partai politik yang lebih memilih mendukung figur dengan elektabilitas tinggi daripada membangun kader dari dalam partai. Selain itu, biaya politik yang tinggi juga menjadi salah satu penghalang bagi tokoh potensial untuk maju dalam kontestasi politik.

"Pragmatisme partai juga menjadi alasan. Banyak partai yang tidak mau mengambil risiko kalah, sehingga mereka lebih memilih mendompleng figur yang populer. Di sisi lain, biaya politik yang tinggi membuat banyak tokoh potensial enggan maju, karena untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah dibutuhkan dana yang mencapai puluhan miliar," papar Pahrudin.

Ia juga mencatat bahwa regulasi yang ada mempersulit beberapa tokoh yang sebelumnya berminat untuk maju, karena mereka diharuskan mundur dari jabatan saat ini, seperti anggota legislatif.

Tantangan Fadhil Arief - Bakhtiar Meski Melawan Kotak Kosong

Meski peluang kemenangan Fadhil Arief dan Bakhtiar melawan "kotak kosong" diperkirakan mencapai 90 persen, Pahrudin mengingatkan bahwa ini bukan berarti tanpa tantangan. Menurutnya, kemenangan calon tunggal bukanlah hal yang mudah jika kandidat terlalu bersantai.

"Tidak bisa dikatakan mudah bagi Fadhil Arief untuk menang, meskipun dia calon tunggal. Jika terlalu santai dan terlena, kotak kosong bisa saja menang. Ada tiga faktor utama yang bisa membuat kotak kosong menang. Pertama, jika kepuasan masyarakat terhadap pemerintah daerah rendah. Kedua, jika penyelenggaraan Pilkada oleh KPU dianggap tidak memuaskan. Ketiga, jika ada gerakan masyarakat yang secara masif menolak calon tunggal dan mendukung kotak kosong," jelas Pahrudin.

Dengan demikian, meskipun situasi saat ini tampak berpihak pada pasangan Fadil Arif dan Bakhtiar, tetap ada potensi risiko yang perlu diantisipasi. Pilkada Batanghari ini bisa menjadi momentum penting bagi masyarakat untuk menentukan arah masa depan daerah mereka.

Editor: Sebri Asdian