Kontradiksi 3D Jelang Pilwako Sungai Penuh: Antara Penentu dan Pelengkap

Kontradiksi 3D Jelang Pilwako Sungai Penuh: Antara Penentu dan Pelengkap

BEKABAR.ID, SUNGAIPENUH - Dalam lanskap politik yang kian menggelora, sorotan kini beralih pada Tiga Dusun di Kota Sungai Penuh atau yang kerap disebut 3D, tempat di mana kekuatan politik disebut-sebut selalu mendominasi, menjadi pedoman dan menjadi penentu disetiap Pemilihan Walikota (Pilwako) Sungai Penuh.

Tak hanya mempunyai mata pilih terbesar diantara semua kecamatan dalam wilayah Kota Sungai Penuh, 3D yang tergabung dalam Kecamatan Pondok Tinggi, Kecamatan Sungai Bungkal dan Kecamatan Sungai Penuh itu juga terletak di episentrum kekuasaan dan aktivitas pusat perekonomian Kota Sungai Penuh. 

Secara figur, tokoh terkemuka dari 3D yang layak jual dan siap secara finansial pun tak terhitung lagi dengan jari. Apalagi saat ini, pentolan 3D sudah banyak yang berada dipuncak tertinggi dalam struktural pimpinan partai, sebut saja Ferry Satria Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sungai Penuh, Alvia Santoni Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sungai Penuh, Hardizal Ketua DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Sungai Penuh dan Dean Jerry Pramana Ketua DPC Hati Nurani Rakyat (Hanura) Sungai Penuh. 

Untuk itu, tak berlebihan rasanya jika ada yang menyebutkan jika 3D merupakan daerah super power dan memiliki segala persyaratan untuk menjadi pemimpin.

Namun, di balik itu semua, bayang-bayang keterbatasan mulai merambah. Kendati mempunyai sumberdaya yang sangat melimpah dari berbagai lini, faktanya pasca berakhirnya era kepemimpinan Alm H Fauzi Siin, praktis 3D tidak pernah lagi bisa menempatkan putra - putri terbaiknya di pucuk kepemimpinan daerah, menjadi orang nomor satu di Kota Sungai Penuh.

Figur dari 3D hanya sempat tampil sebagai pemimpin di saat Alm Hasvia ditunjuk sebagai pj Walikota Tahun 2010 lalu. Setelah itu, tokoh dan figur asal Tiga Dusun hanya mampu menempati posisi sebagai orang nomor dua, seperti Ardinal Salim sebagai Wakil AJB periode 2011 - 2016, Zulhelmi Wakil AJB periode 2016 – 2021 dan Alvia Santoni Wakil Ahmadi Zubir periode 2021 – 2024.

Meskipun beberapa tokoh 3D pernah ikut bertarung di Pilwako Sungai Penuh, seperti Alm Hasvia, Herman Mukhtar dan Ferry Satria, namun semuanya harus rela menerima kekalahan dari para pesaing yang notabene berasal dari wilayah dengan jumlah mata pilih yang jauh lebih sedikit. 

Sebut saja Asafri Jaya Bakri (AJB) yang berasal dari Kecamatan Tanah Kampung hanya memiliki mata pilih sebesar 8.000 (DPT KPU Kota Sungai Penuh 2024, red) dan Ahmadi Zubir berasal dari kecamatan Pesisir Bukit yang memiliki mata pilih sebesar 9.179 (DPT KPU Kota Sungai Penuh 2024, red).

Alasan di balik stagnasi politik ini menjadi subjek perdebatan hangat, ada yang menyebutkan sulit menemukan harmoni kebersamaan untuk membingkai persatuan, ada lagi yang mengatakan belum adanya figur ataupun tokoh yang menjadi sosok pemersatu. Selain itu, kepentingan politik para elit yang kerap saling bertolak belakang serta tersandera oleh sekat ego wilayah juga menjadi faktor utama.

Dalam sorotan yang tajam, dominasi politik Tiga Dusun di Kota Sungai Penuh menggambarkan pertarungan antara gemerlapnya potensi dan keterbatasan yang mengekang ambisi politik antar sesama. Dalam pemandangan yang dalam, ceruk politik Tiga Dusun yang dulunya gemerlap kini mulai memudar, meninggalkan pertanyaan tentang masa depan kepemimpinan yang perlu dijawab dengan jelas.

Defitra Eka Jaya, salah satu tokoh kenamaan Sungai Penuh turut menanggapi fenomena ini. Menurutnya kondisi 3D tersebut disebabkan beberapa faktor, salah satunya kondisi masyarakat 3D yang masih mudah terkana politik belah bambu.

"Faktanya masyarakat Tiga Dusun masih mudah diadu domba dan dipecah belah. Kalau solid dan satu komando, saya rasa apapun bentuk persoalannya, pasti mudah diatasi," katanya kepada bekabar.id, Sabtu (20/04/24).

Dia menekankan bahwa untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan, masyarakat 3D harus belajar dari masa lalu dan fokus pada kepentingan bersama. "Kita harus belajar dari sejarah dan membangun kebersamaan sebagai fondasi untuk kemajuan politik dan pembangunan. Jika kita terus terbelah oleh politik dan ego pribadi, sulit bagi kita untuk memaksimalkan segala potensi," ujarnya.

Pengusaha yang akrab disapa DEJ ini juga menyoroti perihal ego-ego tokoh yang terasa masih kental. "Karena mungkin sudah merasa sukses dijalan masing-masing, akhirnya tidak memperhatikan aspek persatuan," ucapnya.

Hal tersebut menurut DEJ , harus lah menjadi prioritas untuk dipecahkan. "Agar Tiga Dusun selain diperhitungkan, juga benar-benar bisa mengantarkan putra-putri terbaiknya menjadi orang nomor satu di Kota Sungai Penuh," jelasnya.

Terpisah, Ferry Satria berpendapat, justru karena melimpahnya sumber daya Tiga Dusun ini lah yang menyebabkannya sulit untuk disatukan. "Dikarenakan masing-masing merasa pantas. Itu mungkin yang menyebabkan kenapa dari 3D yang maju (Cawako, red) banyak mengalami kegagalan," imbuhnya.

Meski demikian, Ferry menyebutkan jika Tiga Dusun ini kerap menjadi penentu pada Pilwako Sungai Penuh pada tiga kali pemilihan terakhir. "Menurut saya 3D justru selalu jadi penentu, siapapun yang jadi Wako dalam 3 pemilihan terakhir, andil Tiga Dusun sebagai penentu," tukasnya.

Sementara, Meirizal Meirad enggan menanggapi terkait persoalan Tiga Dusun. "Waduh, saya tidak begitu paham," ucapnya kepada bekabar.id, Sabtu (20/04/24).

Hanya saja, Pendiri Bank Kerinci ini mempunyai saran untuk kemajuan Kota Sungai Penuh secara menyeluruh. "Ada dana ada daya, tidak ada dana tidak ada daya," bebernya.

Ihwal kandidat Cawako pun menurutnya demikian, tak jauh perihal pendanaan. "Calon harus punya dana. Kalau tidak, calon itu harus ikhlas dan gotong-royong," ucapnya.

Kemudian Herman Muktar, pengusaha hotel asal Sungai Penuh yang berkiprah di Jawa Barat juga enggan berkomentar saat dikonfirmasi perihal persoalan mendasar dimana tempat dia berasal dan dilahirkan. Beberapa pertanyaan yang menjadi polemik daerah asalnya itu, tak digubris oleh Calon Walikota Sungai Penuh yang keok pada Pilwako 2016 lalu.


Editor: Sebri Asdian