Pendidikan Untuk Semua

Pendidikan Untuk Semua

Oleh :

Taufik Halim Pranata

Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Jambi

Melamunkan selembar kertas kosong untuk menuliskan sebuah artikel yang dapat memberikan jawaban atas belenggu penjajahan pikiran yang membelenggu pikiran kita sebagai rakyat sejak mulai dari menduduki pendidikan dasar. Dimana para murid di cekoki dengan pengetahuan yang berbeda dengan realitas dunia pada masa kanak-kanak yang bahagia dan menyenangkan. 

Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana menurut Ki Hajar Dewantara dalam buku Dasar & Teori Pendidikan Dunia dikutip oleh Jurnal Aridlah Sendy Robikhah menjelaskan bahwa, “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan dunianya.”

Sehingga pendidikan bukanlah sebatas mentransfer ilmu dari seorang guru pada murid, namun lebih kepada bagaimana seorang guru mampu mengajari muridnya cara berfikir yang benar, Paulo Freire dalam buku Pendidikan Kaum Tertindas menjelaskan jika, pendidikan sebagai bentuk pengekangan mendorong lahirnya sikap membeo di kalangan para murid, Pendidikan yang seperti hal di atas haruslah ditolak karena akan melahirkan budaya ikut-ikutan dan menghilangkan pola pikir yang kritis.

Apanya yang salah, sehingga anak-anak merasa bahagia ketika libur sekolah telah datang, saat waktu istirahat dan ketika pulang sekolah. Seakan-akan bebas dari belenggu “sekolah” yang memenjarakan murid dengan “paksaan” akan pencapaian yang telah di patok oleh sistem pendidikan. Sehingga beberapa murid saja yang mampu mencocokkan diri dengan sistem pendidikan saat ini, yang mematok nilai kemampuan seperti matematika, bahasa, sejarah, seni dan sebagainya. Kepada tiap-tiap murid terikat dengan begitu banyaknya pelajaran yang tidak semua atau salah satu dari itu yang menjadi minat murid.

Pendidikan dasar dengan mengajari semua mata pelajaran itu penting, untuk membebaskan anak untuk menggapai masa depan mereka dengan pilihan-pilihan mereka sendiri dalam rangka menghadapi arus zaman yang semakin maju tanpa jeda. Seandainya mereka tidak mampu melihat secara kritis tema-tema zamannya, maka kemampuan untuk ikut aktif menghadapi realitas tidak lagi dimiliki dan kita akan terbawa hanyut oleh arus perubahan yang begitu deras. 

Sebagaimana, Paulo  Freire memberi gambaran bahwa mereka yang terbawa hanyut pada perubahan adalah mereka yang melihat zamannya sedang berubah, tapi mereka tenggelam dalam perubahan dan tidak bisa melihat makna dramatis dari perubahan itu. Hal ini sesuai dengan realitas kita sekarang, dimana penggunaan teknologi semakin maju. Namun, anak-anak bahkan kita sendiri sering larut dalam kemajuan tersebut. Terjerumus dalam dunia virtual yang sangat luas tanpa batas kontrol yang membedakan pengguna anak-anak dengan orang dewasa.

Perubahan yang nyata pada dunia pendidikan saat ini adalah proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) menuai banyak sekali dampak yang negatif bagi anak dalam pergaulan sosialnya. Anak dipaksakan untuk menggunakan media yang terhubung dengan internet, yang menurut penulis harus perlu adanya kontrol bukan saja dari orang tua namun yang lebih penting dari pemerintah untuk membatasi konten negatif pada dunia maya. Salah satu cara yang mungkin dilakukan adalah mendata perangkat yang dipakai anak-anak sehingga perangkat si anak hanya bisa mengakses internet hanya pada koten yang layak untuk mereka dalam mendukung kemampuannya.

PJJ tidak selamanya menjadi solusi dunia pendidikan, sebab pada masa anak-anak mereka haruslah dibebaskan dengan dunianya dalam rangka mengeksplorasi kemampuannya. Tugas seorang Guru adalah membentuk wadah bagi Murid untuk dapat menampung ilmu pengetahuan dan membantu mengarahkan tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk itu pentingnya untuk anak didik sekolah dasar lebih ditekankan pada pendidikan karakter agar mereka lebih bijak memilih apa yang bisa di perbuat pada zaman mereka. Karena budaya mencontek terjadi akibat mementingkan nilai-nilai kognitif yang di samakan pada setiap anak. Namun sebaliknya jika nilai karakter sebagai acuan penilaian, maka tidak akan menjadi masalah jika “mencontek” murid yang karakter rangking 1 misalnya. Dari perlombaan untuk menjadi karakter yang baik ini akan terwujud masyarakat yang damai dan tentram.

Masalah pendidikan saat ini sangat kompleks dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yang penting sekarang adalah apa yang dapat kita perbuat selaku yang menggeluti didalam dunia pendidikan saat ini. Dalam hal ini tentu kita sebagai mahasiswa harus berperan aktif turut serta mencerdaskan bangsa dimulai dari masyarakat yang ada pada lingkungan kita, dengan cara-cara yang baik, memberikan tauladan dalam kehidupan bermasyarakat, serta membangun pola dialogis kepada setiap orang –tanpa merasa lebih tahu– namun secara bersama-sama memberi makna pada dunia. Bahwa setiap orang, siapa saja yang berbuat baik dan memberi manfaat untuk kehidupan; itulah tujuan yang sebenarnya dari pada pendidikan; menyadarkan akan pentingnya keberadaan dan tugas baik yang sedang kita kerjakan, dengan ringan tangan dan penuh kegembiraan.