Pancasila Dikhianati Dalam Laku

Pancasila Dikhianati Dalam Laku

Oleh: Indra
Ketua Pemuda Muhammadiyah
Kota Sungai Penuh

Setiap tahun elite bangsa memperingati hari Pancasila 1 Juni, dengan penuh ekspresi dan retorika, baik dirayakan secara kenegaraan, formalisme birokrasi, maupun kelompok masyarakat, namun apakah Pancasila sudah menjadi nyawa dan kehidupan bangsa?

Pancasila sering di ucapkan dengan indah dalam retorika politik tapi Pancasila dikhianati dalam perbuatan, Pancasila hanya sebagai etalase politik, mengeksploitasi 'darah' rakyat atas nama Pancasila, sungguh ironis.

Sila ke lima Pancasila; Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Dalam kutipan yang disampaikan Prof. Buya Syafii Maarif dalam mengungkap kegelisahan beliau tentang Pancasila, sering disebut dalam setiap tulisan Buya, sila ke 5 telah menjadi yatim piatu, mengawam tanpa dibumikan.  Kelumpuhan Pancasila dalam tindakan memang bisa dirasakan dan memiliki banyak fakta sosial tentang kemiskinan, perdetik ini kemiskinan masih menganga, kesenjangan sosial terjadi dimana-mana sampai ujung tandus kebangsaan ini, sulit kita mengatakan Pancasila telah dilaksanakan oleh politisi, Agamawan, pengusaha, dan penguasa.

Kelumpuhan Pancasila dikarenakan sikap politik yang pragmatis, mengkapitalisasi kepentingan perut politisi yang tuna-sosial kebangsaan, maka kemiskinan akan berimplikasi pada rusak berkelanjutan dan ini akan mempertinggi jatuhnya bangsa. 

Siuman kaum politisi tentang moral Pancasila harus di paksa sebagai kritikal masyarakat terhadap konsistensi Pancasila dan UUD 1945 terhadap ucapan dan perbuatan pemangku Negara. Saya menemukan beberapa manusia Indonesia terlantar dengan ketidakpastian keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, salah satu  pak Riko Desa Permai Indah Koto Baru yang terkena TB-Paru tidak memiliki BPJS,  dan bahkan dalam keadaan emergency tidak mudah dalam urusan administrasi, ditambah ketidak mampuan membiayai berobat sedangkan kartu BPJS tidak ada, pak Riko salah satu dampak penghianatan kaum yang tidak mau membumikan Pancasila sebagai laku dan ucapan berbangsa, betapa tinggi prosudural dibawah kemanusiaan

Pasti ini satu yang menggambarkan fakta sosial di seluruh pelosok bumi Indonesia, bahwa Pancasila belum terbumikan, betapa tidak kemiskinan masih ada dalam waktu yang sama kaum politisi, selebriti, Agamawan, penguasa dan pengusaha mempertontonkan  hidup yang hedonistik.

Elite politik adalah yang harus menjadi eksekutor utama (bukan tunggal), karena seluruh masyarakat memiliki tanggungjawab untuk mengikhtiarkan Pancasila untuk terbumikan, tidak mengawam serta hanya sebagai pajangan.

Prilaku politisi yang tega memperkaya diri dengan praktek KKN, sungguh menghianati Pancasila dalam kata dan laku, politisi sumbuh pendek, kotor dan biadab. 

Segala kekotoran yang mencoba memperalat Pancasila untuk melanggengkan kekuasaan, dengan memperindah retorika namun menyembunyikan ambisi kuasa dan menumpuk kaya, sungguh harus diberi sanksi sejarah, sanksi sosial, karena tidak sesuai dengan prinsip dan filosofi Pancasila.

Islam mengajarkan bagaimana umat berlaku adil dan pro orang miskin namun dalam waktu yang sama anti kemiskinan, bahkan dalam harta ada hak orang miskin yang diberikan, kesadaran agama Islam sejalan dengan Pancasila sebagai filosofi Negara. Harapan kita politik (politisi) bisa siuman dari hidup yang hedonis kemudian mengembalikan empati kemanusiaan dalam sanubari berbangsa, semoga!

Selamat hari Pancasila, tumbuh dibumi Indonesia.