Mahasiswa, Organisasi dan Gerakan

Mahasiswa, Organisasi dan Gerakan

Oleh:

Dedek Eko Pratama

Gubernur Fakultas Syariah IAIN Kerinci 2019-2020

Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Kerinci

Sejarah panjang catatan mahasiswa di Indonesia, menjadi bukti betapa Mahasiswa memiliki peran penting untuk kemajuan bangsa dan tanah Air. Hal itu di tandai dengan perkumpulan Boedi Otomo pada tahun 1908, yang mana perkumpulan ini beranggotakan Mahasiswa yang memiliki kesadaran dan tujuan yang sama untuk kemajuan bangsa dan tanah Air. 

Tidak hanya itu, perjalanan panjang mahasiswa dibuktikan juga pada keinginan untuk mereformasikan Indonesia, yang saat itu pada tanggal 20 Mei 1998 dibuktikan dengan mundurnya Soeharto dari jabatannya sebagai mana hal itu menjadi spirit gerakan mahasiswa berikutnya.

Menjadi pertanyaan penulis, bagaimanakah mahasiswa hari ini? Masih adakah gerakan mahasiswa? Bagaimana perbedaan gerakan Mahasiswa dulu dan sekarang?

Pada pertangahan tahun 2021, dimana perguruan tinggi disetiap kampus di Indonesia membuka pendaftaran mahasiswa baru dengan berbagai cara dan juga dengan berbagai promosi serta beasiswa yang ditawarkan. Hal itu menandakan akan ada sematan nama baru untuk seorang manusia untuk yakni mahasiswa.

Sematan mahasiswa, bukan semata-mata mengemban amanah belajar saja, atau seseorang yang berada disalah satu kampus. Menurut penulis menjadi mahasiswa memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk kemaslahatan keberlangsungan kehidupan orang banyak dan dalam hal ini kesadaran apa yang terjadi di sekeliling mereka.

Sehingga kesadaran itu, menimbulkan gerakan, baik itu kreativitass, inovasi, atau memberikan kritik terhadap pemangku kebijakan dengan Demosntrasi.

Untuk menumbuhkan kessadaran dan tanggung jawab moral mahasiswa, agar nanti mahasiswa tak sekedar belajar saja, dalam hal ini sering kita dengar dari senior; jangan jadi mahasiswa kupu-kupu, kuliah pulang kuliah pulang.

Menurut penulis, untuk menumbuhkan tanggung Jawab maka seorang Mahasiswa harus mencintai dunia literasi (membaca, menulis, berdiskusi).

Ditempat tinggal penulis, penulis harus akui bahwasanya, kekurangan di bidang literasi, cukup buruk. Karena tradisi ini dianggap baru, dan juga peran pemerintah tidak terlalu nampak pada bidang literasi. Yang hal ini dikuatkan dengan hasil studi berjudul "The World's Most Literate Nations" menyebutkan, Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara.

Selain itu, berdasarkan survei PISA yang dirilis OECD pada tahun 2019, tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 10 terbawah dari 70 negara". Penulis berharap kedepannya pemerintah meningkatkan budaya literasi, agar generasi memiliki kekuatan pikiran dan menimbulkan spirit berkemajuan 

Maka, tidak ada tawar menawar mengarahkan Mahasiswa baru untuk mencintai budaya literasi. 
Tidak hanya itu, mahasiswa juga di arahakan ke organisasi-organisasi kemahasiswaaan, dimana sejarah membuktikan, negarawan yang lahir dari perkumpulan atau organisasi.
Nurcholis majid, Buya Syafii maarif, Amin Rais, Gusdur, dan banyak lagi. orang orang hebat itu lahir dari Organisasi, agar nanti jiwa negarawan cinta akan tanah air menjadi pola pikir dan gerakan, sehingga mahasiswa tidak terjebak pada gerakan jangka pendek yang merugikan orang banyak.

Kesimpulannya, mahasiswa sebenarnya tidak bisa lepas dari literasi dan organisasi karena itu merupakan hal penting bagi mahasiswa agar gerakan dan mahasiswa benar-benar tajam.

Baik itu gerakan demonstrasi dan lain sebagainya dan gerakan mahasiswa tetap hidup membawa nilai-nilai kebermanfaatan untuk Ummat, bangsa dan tanah Air.

Hidup Mahasiswa
Fastabiqulkhoirat