Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2021, Remaja Berani Berhenti Merokok

Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2021, Remaja Berani Berhenti Merokok

Oleh :

Fadhil Hidayat

Mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi

Indonesia salah satu negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia berada di tiga besar dunia, di bawah China dan India. Prevalensi perokok diatas usia 15 tahun mencapai 33,8% dan pada penduduk usia 10-18 tahun meningkat dari 7,2% di tahun 2013 menjadi 9,1% ditahun 2018 dan pemerintah gagal dalam menurunkan prevalensi perokok menjadi 5,4% berdasarkan target RPJMN 2015-2019 serta masalah rokok di Indonesia belum bisa teratasi dengan maksimal namun masalah baupun muncul dengan adanya rokok elektronik. Merokok bisa berbahaya dan berdampak buruk bagi kesehatan namun kebiasaaan yang satu ini memang sulit untuk ditinggalkan dan dihilangkan. Pengaruh perilaku merokok kalangan remaja cukup banyak terjadi dan sulit dibendungi apalagi bertambahnya perokok pemula bagi anak-anak muda dari siswa smp sederajat hingga sma sederajat. Permasalahan generasi remaja pada saat ini yaitu adanya rokok elektrik atau disebut juga dengan Vape yang makin populer dikalangan remaja dan dewasa marena mereka beranggapan bahwa rokok elektrik jauh lebih keren, bergaya, dan lebih aman dibanding rokok tembakau. Namun rokok elektrik atau vape sebenarnya tidak dianjurkan dan lebih membahayakan bagi kesehatan tubuh.

Disisi lain tidak hanya pemerintah dalam membuat kebijakan untuk menurunkan angka prevalensi perokok akan tetapi peran pentingnya kesadaran masyarakat dan kalangan remaja untuk menjauhi bahayanya rokok karena tantangan terbesar kedepannya bagaimana masyarakat dan remaja memperjuangkan penanggulagan masalah rokok. Secara makro negara ini mendapat banyak keuntungan dari cukai rokok akan tetapi berbagai dapak masalah ekonomi juga turut merasakan akibatnya dalam segi beban yang ditangggung perokok dan keluarga mereka karena biaya belanja rokok yang sangat tinggi dikeluarkan lebih besar.

Resiko utama akibat bahaya merokok membuat perokok mudah timbulmya penyakit tidak menular antara lain jantung koroner, stroke, kanker, paru kronik , diabetes mellitus hingga mengakibatkan kematian, dan mudah kelelahan, kelelahan kerja akan berdampak menurunnya produktivitas seseorang padahal untuk memanfaatkan peluang bonus demografi ini sangat dibutuhkan SDM yang handal dan sehat agar produktif dengan adanya gangguan kesehatan akibat dari merokok hal ini sangat mempengaruhi daya saing SDM menuju puncak demografi. Daya saing dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sangat diperlukan untuk mencapai bonus demografi perlu adanya penguasaan teknologi dan status kesehatan yang baik.

Mengatasi permasalahan rokok di Indonesia perlu melibatkan berbagai pihak mulai dari akademisi, praktisi kesehatan. masyarakat, akademisi, pelaku industri rokok, para perokok , dan pemerintah, dorongan keluarga atau orangtua untuk selalu memperhatikan agar tidak terpengaruh merokok. Informasi yang kurang faktor utama kurangnya edukasi masyarakat terhadap bahaya rokok untuk itu perlu nya sosialisasi terutama kalangan remaja supaya remaja agar berhenti dan terhindar dari rokok dan perluasan kawasan tanpa rokok (KTR) diberbagai temapt secara luas. Remaja juga harus membantu counter isu kontra kebijakan pengendalian tembakau dan ikut mengawal pembuatan kebijakan pemerintah selai itu remaja bisa memberikan pesan kampanye ani-rokok secara persuasif sangat diperlukan membuat pesan yang lebih kuat kepada publik, selain itu stop iklan rokok atau pelarangan iklan/promosi dan sponsor rokok rokok baik secara langsung dan tidak langsung merupakan suatu langkah untuk dapat mengurangi konsumsi produk tembakau dan melindungi masyarakat terutama generasi muda. Langkah ini lebih efektif jika menerapkan pelarangan dan berlaku untuk semua bentuk pemasaran produk rokok.

Pada umumnya tidak sedikit orang mau bersikap berubah untuk berhenti kebiasaan merokok karena mereka yang mengalami ganggguan penyakit akibat merokok akan tetapi merasa sulit ia lakukan karena kurangnya dorongan dari lingkungan sekitar terutama keluarga. Oleh karena itu dukungan dan pendampingan sangat diperlukan supaya perokok bisa berhenti merokok. Awali dengan niat dan motivasi yang kuat untuk berhenti merokok untuk berhenti merokok bisa dilakukan secara mendadak dan bertahan hingga kedepannya selain itu berhnti bisa secara bertahap. Alasan untuk motivasi berhenti merokok sangatlah banyak yang karena pentingnya bagaimana kesehatan kita dan kesehatan orang-orang disekitar agar terhindar dari paparan asap rokok (perokok pasif).