Oleh:

Arvindo Noviar 

Ketua Umum Partai Rakyat

Sebagai Partai yang menganut kebhinekaan akut Partai Rakyat akan mendorong terjadinya demokratisasi secara utuh dan menyeluruh terutama pada paradigma pemikiran masyarakat atas figur yang pantas menduduki kursi Presiden sebagai manajemen puncak pada tatanan kekuasaan Republik Indonesia. 

Selama ini syarat-syarat tak tertulis tentang kepemimpinan Indonesia hanya dihubung-hubungkan dengan ramalan-ramalan yang berasal dari kebijaksanaan masa lalu dari suku Jawa saja. Hingga Zulkifli Hasan menampilkan keengganannya untuk ikut bertarung dalam Pilpres hanya karena namanya tidak mengandung huruf o. Saya anggap itu sebuah satire yang cukup getir. 

Seharusnya seluruh pihak harus mulai ikut terlibat mempergilirkan kekuasaan agar supaya seluruh Bangsa-Bangsa yang bersepakat menjadi Bangsa Indonesia pada akhirnya ikut merasakan beban tanggung jawab memimpin sebuah negara yang sangat heterogen ini. 

Maka, jika Presiden Treshold 0% nanti Partai Rakyat akan mendorong Capres-cawapres dari Bangsa Melayu dan Melanesia. Sebab kita tidak kekurangan tokoh yang memiliki kelengkapan-kelengkapan untuk mengemban amanah sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Misalnya memasangkan Sandiaga Uno dengan Lukas Enembe, atau Irwan Prayitno dengan Bahlil Lahadalia. Langkah seperti itu akan mencerdaskan ruang publik dari “monopoli” politik yang berbasiskan hegemoni kesukuan belaka. 

Saya sengaja menyebut Sandiaga Uno dan Lukas Enembe karena sejak awal kita sudah bisa menduga-duga kalau masing-masing dari Partai mereka sudah memiliki calon lain yang akan dimajukan dalam pertarungan Pilpres, dan keduanya juga dari suku Jawa.