BEKABAR.ID, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dalam melakukan usaha pencapaian
target produksi dan lifting terus
melakukan terobosan-teriobosan, salah satunya adalah dengan melakukan
monitoring ketat terhadap percepatan produksi sumur-sumur yang di bor. Sejalan
dengan peningkatan pengawasan tersebut, SKK Migas membangun aplikasi monitoring
pembangunan well connection/ flowline
yang terintegrasi dengan Integrated
Operation Center (IOC) SKK Migas, sehingga dengan adanya aplikasi tersebut,
diharapkan pengawasan akan dapat
dilakukan lebih mudah, terintegrasi, transparan
dan mendukung proses pengambilan
keputusan yang lebih cepat dan efisien guna percepatan onstream sumur-sumur bor tersebut.
Sebagai kick off penggunaan aplikasi tersebut,
SKK Migas melakukan sosialisasi kepada 34 (tiga puluh empat) kontraktor kontrak
kerja sama (KKKS) yang memiliki program pemboran sumur pengembangan di tahun
2022. Sosialisasi dilaksanakan secara online
(daring) hari ini dan diikuti oleh 194 peserta dari SKK Migas maupun KKKS.
Manfaat yang
diterima oleh SKK Migas dan KKKS dari aplikasi monitoring well connection/ flowline ini adalah menjadi semakin
efisiennya proses koordinasi yang dilakukan. Sebelumnya, ketika masih dilakukan
secara manual, fungsi terkait di SKK Migas dan KKKS menyampaikan laporan yang
kemudian dilakukan integrasi secara manual. Proses administrasi ini akan
memakan waktu dalam melakukan konsolidasi, serta tidak memberikan dukungan
untuk melakukan pengambilan keputusan secara cepat.
“Pembangunan
aplikasi monitoring well connection
dan flowline adalah salah satu upaya
SKK Migas melakukan simplifikasi proses, menciptakan data yang terintergrasi
dan akurat. Ini adalah bagian dari pelaksanaan program-program dalam rencana
dan strategi (Renstra) Indonesia Oil and
Gas (IOG) 4.0 untuk mencapai target jangka panjang 2030 yaitu produksi
minyak 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar kaki kubik gas per
hari (BSCFD)”, kata Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno dalam sambutan dan
arahannya pada kegiatan sosialisasi tersebut (13/1).
Pada
sambutannya Deputi Operasi juga menyampaikan bahwa pada penghujung akhir tahun 2021 dan awal 2022 pimpinan SKK Migas
melakukan kunjungan ke beberapa titik lokasi lifting dan pemboran. “Kunjungan
manajemen SKK Migas adalan untuk memastikan dan mengusahakan seoptimal mungkin
pelaksanaan lifting 2021 dan
menangkap peluang di tahun 2022 untuk mencapai target tinggi sebagaimana amanat
APBN 2022. Melakukan pengawasan dan berdiskusi secara langsung sekaligus menyemangati
KKKS agar dapat melaksanakan program di tahun 2022 sebaik mungkin”.
“Insan hulu migas masih menjadi bagian
penting dalam perekonomian dan menopang penerimaan negara, dengan harga tahun
2021 yang sangat baik maka mampu melebihi target APBN. Kita fokus pada pemboran
pengembangan karena memberikan kontribusi langsung terhadap produksi tahun
berjalan. Saya memberikan tantangan tinggi pencapaian 90%-95% sumur onstream
terhadap sumur-sumur yang dibor pada tahun yang sama”, lanjut Julius.
Dalam
laporannya, Kepala Divisi Operasi Produksi SKK Migas Bambang Prayoga
menyampaikan bahwa aplikasi ini dibangun sejak Oktober 2021 dan selesai di
akhir tahun 2021 dengan harapan agar dapat diaplikasikan sejak awal tahun 2022.
“Sosialisasi diawal bulan Januari 2022 ini diharapkan dapat memberikan dampak
nyata bagi upaya mempercepat realsiasi produksi sumur-sumur yang ditajak
ditahun 2022”,
Tentunya
implementasi tidak akan mudah. Terkait hal tersebut Bambang menambahkan SKK
Migas akan terus melakukan pendampingan ke KKKS dan penyempurnaan terhadap
aplikasi itu sendiri setelah digunakan dan mendapatkan feedback dari rekan-2 SKK Migas dan KKKS yang menggunakan aplikasi
itu sebagai tools monitoringnya. Pada
aplikasi ini disiapkan juga pengingat kepada KKKS jika belum melaporkan
progressnya secara periodik. “Notifikasi pengingat tersebut tidak hanya
dikirimkan ke person in charge (PIC)
KKKS yang ditugaskan untuk mengelola akun KKKS di aplikasi ini, tetapi
notifikasi dikirimkan pula ke SKK Migas, sehingga dapat dilakukan pengawasan
secara otomatis dan jika diperlukan SKK Migas dapat mengirimkan surat kepada
pimpinan KKKS jika dirasakan perkembangan dan pengelolaan akun KKKS di aplikasi
ini dirasakan lambat dan tidak optimal”, kata Bambang
Dengan aplikasi
ini diharapkan terdapat percepatan put on
production (POP) sumur yang di bor pada tahun berjalan dan juga makin
berkurangnya sumur sumur yang carry
forward (CF) ke tahun berikutnya, sehingga akan ada penambahan volume lifting migas untuk membantu dalam
mencapai target nasional tahun 2022. Pada Aplikasi juga ini tidak hanya
memonitor hal terkait hambatan teknis teknis, tetapi juga hambatan non teknis,
semisal aspek perizinan, tanah dan lainnya. Sehingga dengan cepat fungsi
terkait di SKK Migas dan KKKS dapat melakukan koordinasi agar masalah dapat
diselesaikan.