BEKABAR.ID, KERINCI - Selain beban angkutan
yang diduga melibihi tonase, cucuran air pada truk material dengan muatan
material pasir dalam keadaan basah yang melintas dari arah Hiang, Sebukar,
hingga wilayah Kecamatan Danau Kerinci yakni Tanjung Tanah, Seleman, Sanggaran
Agung dan menuju ke lokasi PLTA Kerinci Merangin Hidro juga turut menuai
sorotan.
Ketua
LSM Petisi Sakti Indra Wirawan, S.Pd membeberkan musuh terbesar aspal adalah
air. Bila sudah terendam atau terus tersiram air, aspal akan mudah pecah dan
rusak. “Ini dibuktikan dengan kasus jalan rusak paling banyak ditemui saat
musim hujan ataupun kerap terkena air. Air mampu memecah molekul aspal dan
mengubah bentuknya menjadi lebih kecil. Sehingga daya rekat aspal pun menjadi
berkurang,” ujarnya kepada bekabar.id, Senin (15/5/23).
Sementara
mobil yang mengangkut material ke PLTA, lanjut Indra, kerab membawa muatan
basah. “Tentu saja airnya berceceran ke jalan yang baru diperbaiki itu,” ucap
pria yang akrab disapa Indra Komano ini.
Soal
dugaan melebihi tonase, Indra menilai tentu akan membuat jalan berlubang bahkan
hancur dan nyaris tidak bisa dilalui masyarakat. Sebab volume muatan dengan
kekuatan kelas jalan tidak seimbang. “Lebih baik jalan yang diperbaiki itu dilewati
dengan truk roda delapan, dari pada dilewati truk yang tidak memenuhi standar
tonase. Karena truk roda delapan bebannya akan terbagi rata,” bebernya.
Dirinya
meminta kepada penyuplai material untuk memperhatikan hal tersebut sebelum
beroperasi. “Kalau tidak sanggup, lebih baik berhenti saja, dari pada merusak
jalan warga,” celutuknya.
Diberitakan
sebelumnya, keresahan warga terhadap truk material dengan muatan material pasir
dalam keadaan basah yang melintas dari arah Hiang, Sebukar, hingga wilayah
Kecamatan Danau Kerinci yakni Tanjung Tanah, Seleman dan Sanggaran Agung dan
menuju ke lokasi PLTA Kerinci Merangin Hidro seolah tak didengar oleh pemangku
jabatan di Kabupaten Kerinci.
Hal tersebut seoalah dibiarkan, meskipun material
yang diangkut pada jalan yang baru diperbaiki beberapa bulan lalu itu diduga
melibihi. Selain itu, kenyamanan pengendara juga terganggu akibat lintasan truk
yang kerab beriringan, tak jarang macet pun sering terjadi.
Arya, salah satu warga Desa Sanggaran Agung,
Kecamatan Danau Kerinci menyayangkan jalan Nasional masih dijadikan akses
pengangkutan material. “Jalan Nasional ini baru diperbaiki beberapa bulan lalu.
Kalau masih dijadikan lintasan mobil yang bermuatan berat, tentu jalannya akan
cepat rusak,” ujarnya kepada bekabar.id, Rabu (03/05/23).
Dirinya juga menyebutkan, selama truk beroperasi,
kenyemanan pengendara juga terganggu. “Tentu mengganggu pengguna jalan lah,
selain asap truk yang menghalangi jarak pandang, debu dan iringan convoy juga
membuat pengendara tidak nyaman,” ucap Arya.
Arya meminta agar PLTA membuat jalur khusus untuk
pengangkutan material. Selain itu ia juga minta kepada Pemerintah Daerah dan
instansi terkait untuk menindak mobil truk yang membawa material PLTA melebihi
tonase.
“Kepada pemerintah untuk meninjau, memantau serta
menindak operasi pengangkutan material, terlebih jika sudah melibihi tonase,” pungkasnya.
(seb)